145

[95] Karena Ada yang Bertanya [tentang] STIS


“Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) – semula bernama Akademik Ilmu Statistik (AIS) – merupakan perguruan tinggi kedinasan yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 1958. STIS menyelenggarakan program Diploma IV (D-IV) yang diterapkan dengan sistem paket yang dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS) dan ditempuh selama 4 tahun. STIS memiliki 2 jurusan, yaitu Statistika dan Komputasi Statistik, di mana jurusan Statistika terbagi menjadi 2 bidang peminatan, yaitu Statistika Ekonomi dan Statistika Sosial Kependudukan. Lulusan STIS mendapat sebutan Sarjana Sains Terapan (S.S.T.).”
Paragraf di atas saya kutip dari web resmi STIS. Untuk informasi lebih lanjut terkait STIS, dapat dilihat di http://www.stis.ac.id.

Alkisah, saya pernah menjadi mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di tanah air. Pasca ospek, saya menemui PA untuk ‘izin’ menginggalkan kampus tersebut, dan berpindah haluan ke STIS.
Pertanyaan yang cukup sering terlontar dari rekan, kawan, saudara, dll adalah “Kenapa pilihanmu akhirnya jatuh ke STIS?”
“Sebenarnya apa sih keunggulan STIS?”
Jawab:
1. Setelah lulus akan diangkat menjadi CPNS, yang nantinya menjadi PNS/abdi negara untuk bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Selama pendidikan tidak dipungut biaya (alias gratis), dan [malah] mendapat uang saku perbulan (insyaAllah cukup untuk menambah kesejahteraan mahasiswa). Nominal dari uang saku ini kadang berubah pada tahun-tahun tertentu, ringkasnya mengalami kenaikan tapi periodenya tidak pasti. Kalau tidak salah ingat saat saya masih menjadi mahasiswa tingkat 4, tahun 2012, uang saku Rp 850.000, 00 perbulan.
Jawaban terkait keunggulan STIS tersebut adalah versi pendapat hasil survey kecil-kecilan, dan tentu tiap orang akan punya jawaban yang berbeda-beda. ^^

“Naaah, siapa saja yang boleh daftar?” HANYA siswa lulusan SMA/MA jurusan IPA.

“Jadi kalau STM atau SMK gak boleh donk?” Yaaa, gak boleh.
Untuk syarat detailnya, berikut saya kutipkan dari web STIS, berikut syarat dan ketentuan pada pendaftaran untuk tahun ajaran 2012/2013, barangkali akan ada perubahan di tahun selanjutnya, tapi biasanya kalau berubah gak signifikan.
Persyaratan dan Ketentuan
A.    Seleksi

  1. Sehat jasmani dan rohani (dapat dan layak untuk bekerja dan beraktivitas, baik di dalam ruangan maupun di lapangan), tidak buta warna, dan bebas narkoba.
  2. Lulus Ujian Nasional SMA Jurusan IPA atau MA Jurusan IPA. Bagi lulusan sebelum tahun 2012, memiliki ijazah SMA Jurusan IPA atau MA Jurusan IPA, dan bagi calon lulusan tahun 2012 memiliki Surat Keterangan Lulus (SKL) dari Kepala Sekolah yang dilengkapi dengan pasfoto yang bersangkutan dan cap sekolah asal atau memiliki Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU) Nasional.
  3. Nilai Matematika dan Bahasa Inggris masing-masing minimal 7,00 pada kelas XII semester I (bukan hasil pembulatan dan bukan rata-rata). Untuk mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran kognitif (pengetahuan) dan afektif (keterampilan), yang dilihat adalah nilai mata pelajaran kognitifnya. Jika tidak ada mata pelajaran tersebut pada kelas XII semester I (karena penerapan sistem SKS), yang dilihat adalah nilai pada semester terakhir saat mata pelajaran tersebut diselesaikan.
  4. Umur tidak lebih dari 22 tahun pada tanggal 1 Oktober 2012 (lahir tidak lebih awal dari tanggal 1 Oktober 1990).
  5. Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti pendidikan di STIS.
  6. Tidak sedang menjalankan ikatan dinas dengan instansi lain.
  7. Bersedia mematuhi peraturan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS).
  8. Bersedia menandatangani Surat Perjanjian Ikatan Dinas (SPID) bagi yang dinyatakan lulus seleksi dan akan mengikuti pendidikan di STIS.
  9. Setelah lulus, bersedia ditempatkan di unit kerja Badan Pusat Statistik (BPS) di seluruh Indonesia sampai ke tingkat kabupaten/kota.

B.    Penerimaan

  1. Memenuhi seluruh persyaratan seleksi, lulus ujian nasional, lulus seluruh tahap ujian seleksi, dan memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh STIS.
  2. Seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh negara. Selama mengikuti pendidikan akan diberikan Tunjangan Ikatan Dinas sesuai peraturan yang berlaku.

“Bagaimana cara daftarnya?”
Pendaftaran dilakukan oleh calon peserta secara online melalui internet dan dapat dilakukan dari mana pun.

“Ujiannya dimana?”
Peserta dapat memilih lokasi ujian di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Calon peserta tidak harus mengikuti ujian sesuai tempat tinggalnya atau tempat di mana yang bersangkutan menyelesaikan pendidikan SMA/MA.

“Yang diujikan apa aja sih?”
A.    Ujian tahap I: Matematika, Bahasa Inggris, dan Pengetahuan Umum
B.    Ujian tahap II: Psikotes dan Wawancara
C.    Tes kesehatan

“Di STIS asrama atau gimana sih?”
Kalau sekarang tidak ada asrama, jadi mahasiswa dibebaskan untuk kost/kontrak. Konon, menurut cerita pada tahun-tahun tempoe doeloe ada asrama untuk mahasiswa. Karena satu dan lain hal, barangkali karena dulu hanya menerima sedikit mahasiswa, jadi masih memungkinkan untuk asrama, meskipun gedungnya masih mungil. Tahun berganti, gedung pun berubah, menjadi lebih baik, luas ke atas, dan nyaman. So, sekarang ini STIS menerima lebih banyak mahasiswa, kalau tidak salah untuk tahun ini menerima 500 mahasiswa. Empat ratus lewat jalur Ujian Masuk STIS, 100 lewat jalur PMDK.

“Susah nggak masuk STIS?”
Persaingannya cukup ketat. Tahun ini pendaftar sekitar 28.000an, untuk memenuhi kuota 500 orang. Zaman saya lulus SMA tahun 2007, pendaftar STIS sekitar 13.000an orang, yang diterima sekitar 280an orang. Secara kasar bisa dikatakan perbandingannya 1:50.

“Setelah lolos dari ketiga seleksi, ada semacam ospek gitu gak?”
Di STIS dikenal dengan “MAGRADIKA” (Masa Integrasi Pendidikan Kampus). Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) setiap awal tahun akademik. Diikuti oleh peserta yang telah lulus PMDK dan juga yang melalui Ujian Masuk STIS. Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 1960 dengan nama Masa Pra Mahasiswa (MAPRAM). Nama Magradika mulai digunakan sejak angkatan ke-31 AIS/STIS. (*info: penerimaan mahasiswa baru untuk tahun ini, adalah penerimaan untuk angkatan 54.
Di STIS selama masa pendidikan memang jauh dari kekerasan, atau pun permainan fisik. Bisa dibilang selama pendidikan “pure” dengan senam otak via angka, data, rumus, program, grafik, table, dll. Namun, pada Magradika, diajak sedikit main fisik. Tapi jangan dibayangkan kita di ‘aniyaya’, masih taraf wajar seperti ospek di tempat lain.

“Susah nggak kuliah di STIS”
Jawaban tiap orang akan berbeda-beda. Banyak hitungan dan rumus. Bebas dari pelajaran Kimia, Fisika, Biologi. Fokus ke hitungan, hafalan juga banyak, hehehe. Komplit pokoknya. Pada mata kuliah tertentu, biasanya ujian mata kuliah hitungan, kita boleh open rumus, ada juga yang ujian open book, tapi tetap saja susah-susah gampang, hehe.

“Ada sistem Drop Out (DO) ya?”
Iya, DO bisa terjadi karena pelanggaran nilai akademik ataupun non nilai akademik. Non nilai akademik bisa dikarenakan karena pelanggaran norma (*dulu di zamanku ada buku catatan pelanggaran pakai point gitu sih, hehe, gak tau deh apa kabar sekarang). DO yang dikarenakan pelanggaran nilai akademik, kurang lebih seperti ini. Jadi pada tahun pertama (tingkat 1), pada semester 1, apabila ada satu saja nilai mata kuliah ‘‘inti’ yang dapat nilai dibawah C, maka DO. Atau mendapat nilai di bawah D pada mata kuliah bukan inti, maka DO. Atau IP kurang dari 2,00; maka DO. Aturan ini berlaku juga di semester2 (tingkat 1).
Untuk tingkat 2, 3, 4 masih ada sistem tinggal kelas. Jadi ketika pelanggaran nilai terjadi di tingkat 2, mahasiswa masih boleh mengulang tingkat 2 di tahun berikutnya. Tapi kalau ternyata setelah mengulang 1 tahun, nilainya tidak memenuhi lagi, maka DO. Berlaku juga untuk tingkat 3 dan 4. Jadi kuliah di STIS itu secara normal 4 tahun, dan maksimal 5 tahun. Pembagian IP di tingkat 2,3, dan 4 dilakukan 1 tahun 1 kali. Hal ini berbeda dengan ketika masih tingkat 1. Kalau tingkat 1, pembagian IP persemester, jadi ada 2 kali pembagian IP di tingkat 1. Jadi, ruginya gini, misalnya, ternyata kita tidak lulus pada matakuliah semester 3. Hal ini tidak langsung dikasih tahu. Jadi kita masih akan terkesan ‘enjoy’ mengikuti semester 4. Dan barulah di sementer 4 nanti ada pembagian IP nilai semester 3 dan 4. Kesan kasarnya, kita mengikuti semester 4 itu tidak ada artinya. Yang paling tidak mengenakkan, ketika di tahun terakhir kita tidak bisa lulus, DO tanpa ijazah. Kasarnya, kuliah selama 5 tahun tanpa ijazah.
Di tingkat 4, selain disibukkan dengan kuliah, ada juga skripsi dan kompre. Skripsi dikerjakan di semester 7 dan 8. Ada juga ujian kompre 1 SKS. Ujian kompre berisi ujian dari beberapa mata kuliah inti, dari tingkat 1 sampai 4. Ujiannya pada angkatanku berupa ujian pilihan ganda. Apabila tidak lulus, maka harus mengulang 1 tahun lagi (*apabila sebelumnya belum pernah tinggal kelas), bisa juga DO (*apabila sebelumnya telah tinggal kelas). Ini sangat menyedihkan, hanya 1 SKS, berisi beberapa butir soal, tapi berupa materi yang seabrek mata kuliah inti dari tingkat 1.
Oiya, kalau absen kurang dari 20% juga tidak boleh ikut ujian. Ini bisa berdampak juga menjadi DO, karena tidak mendapat nilai pada mata kuliah tersebut. Waktu saya tingkat 4, sistem handkey sudah mulai berlaku. Dan keterlambatan tiap sesi kuliah ternyata diakumulasi, bisa jadi saldo 1 kali tidak masuk, hehe. Entah kalau yang terkait akumulasi ini benar atau tidak, belum saya tanyakan ke pihak kampus, keburu sok sibuk dan lulus, hehe.

Puncak dari tangga di STIS adalah “WISUDA”^^
Semoga cerita ini bermanfaat bagi adek-adek yang membutuhkan informasi terkait STIS^^. Das semoga punya kesempatan untuk menceritakan hal lain yang lebih menarik di STIS. Dies Natalis, fosil, KSM, dll. Ringkasnya seru, asyik, menarik,d asyat kok kuliah di STIS^^.

tulisan ini ditulis 23 Juli 2012, dan seiring berjalannya waktu tentunya ada perubahan-perubahan terkait dengan sistem penerimaan mahasiswa di STIS, jadi untuk info yang lebih update teman2 bisa langsung berkunjung ke http://www.stis.ac.id

Terimakasih

2

[62] Adalah Cinta


adalah cinta ketika kau merasa nyaman bersamanya,

adalah cinta, kalau bayangnya kerap ada,

adalah cinta saat hati salah tingkah, tanpa tau kenapa,

adalah cinta untuk coba dilupa, tapi malah semakin nyata.

Eaeaaa, galaumodeon^^.

Bahasan tentang cinta, tak hanya melulu untuk kawula muda lhoo.  Tak hanya sempit tentang anak muda yang suka senyum2 sendiri saat baca sms juga lhoo, heee^^. Tapi, konsep cinta itu luas, sebagai salah satu komponen dari kebutuhan nonmaterial, ternyata si cinta ini sungguh2 sangat berdampak signifikan terhadap kehidupan umat manusia*heee agak lebai ya, tapi memang iya lho. Capcus kepembahasan agak serius yaaak. Pernahkah kawan-kawan mendengar istilah “neraca nasional” ?

“Neraca nasional merupakan suatu sistem penyajian statistik yang menggambarkan transaksi ekonomi yang terjadi dalam perekonomian suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Transaksi ekonomi merupakan transaksi yang berhubungan dengan kegiatan produksi, konsumsi, dan akumulasi kekayaan.”

Naah, apa hubungannya si “neraca nasional” dengan si “cinta”??? Begini kawanku ketika kita bicara perihal cinta, akan erat kaitannya dengan bahagia. Ehmmm, iya gak? Harapan seseorang pastilah hidup bahagia bersama dengan orang2 yang dicintainya dengan penuh cinta baik di dunia maupun di akhirat. The next  pertanyaan, apakah bahagia itu mutlak bisa terukur oleh  kebutuhan material??? Bahasa sederhananya apakah kebahagiaan itu bisa dibeli dengan uang?

Jawabannya:”TIDAK”. Orang yang kaya belum tentu bahagia dengan hartanya.

Dalam kehidupan yang serba normatif ini, manusia berusaha untuk mengukur ini itu. Itulah ikhtiar manusia. Berusaha menghitung dengan metode terbaik untuk menyajikan data. Suatu pekerjaan yang tidak mudah ketika kita ingin mengetahui secara pasti keadaan akan sesuatu, terlebih dalam kondisi yang luas dan banyak. Barang buktinya adalah neraca nasional. Yaaa, itulah ikhtiar manusia, yang pada dasarnya hanya bisa bekerja dengan statistik, bukan dengan parameter. Karena parameter sejati hanyalah milik Allah.

Ketika kebahagiaan menjadi tujuan. Ketika (*masa sekarang) manusia berusaha untuk mengukur kemakmuran. Ketika di negara kita kemakmuran diukur dari segi material yang misalnya tertuang dalam neraca nasional. Dan ternyata memang tidak mudah untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran seseorang. Lebih lanjut, tidaklah mudah untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara. Karena “variabel kebahagiaan” buah dari cinta, hanya Allah yang tau ukurannya secara pasti. Bahkan, karena begitu lemah manusia ini, dia pun tak akan tau secara pasti seberapa besar dan dalam cintanya pada seseorang. Seseorang yang bayangnya selalu ada, karena parameter cinta hanya Allah yang tau secara pasti^^.

4

[28] Statistik in Life


Belajar Statistik dalam kehidupan

Kata statistic berasal dari bahasa Italia “statista” yang berarti negarawan. Pertama kali dikenalkan oleh Gottfried Achenwall (1719-1772).

Alkisah saya adalah seorang gadis remaja yang mengalami dilema dalam menentukan arah tujuan hidup saya. Dengan keterbatasan yang ada, saya mencoba mulai berkenalan dengan siapa sebenarnya diri saya. Nama saya Indri, anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal di kabupaten Sukoharjo Jateng. Saya sadar bahwa saya adalah makhluk uniqe yang diciptakan oleh-Nya, berarti saya memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang lain dan berbeda dengan semua orang. Karena hekekatnya setiap individu di dunia itu adalah uniqe berbeda antara satu dengan yang lain dalam hal karakteristik.

Saya adalah perempuan, dan saya sadar ibu saya juga perempuan. Tapi usia kami tak sama. Berarti karakteristik saya berbeda dengan ibu saya. Saya pelajar SMA, dan saya sadar teman saya “Ana” yang sekelas dengan saya juga pelajar SMA. Tapi tinggi badan kami tak sama.

Jika boleh dikatakan usia, tinggi badan, jenis kelamin, dan status pelajar adalah macam-macam variable yang akhirnya dapat membedakan siapa itu saya, siapa itu ibu, dan siapa itu Ana. Artinya di dunia ini ada banyak sekali variable dan karakteristik dari variable itu sendiri.

Siapa sebenarnya kita dan sehebat apa kita, hingga kita mampu merubah keadaan menjadi lebih baik, yang bisa menjawab adalah diri kita sendiri. Sejauh mana kita mau mengambil resiko dan dimana kita mau menempatkan diri. Saat Perasaanku gundah, tak jelas, kacau, ku merasakan sepertinya elemen matriks dalam tubuhku riuh berpesta karna hatiku tak bisa pegang kendali..

Hakekat hidup itu adalah sebuah pilihan, coba perhatikan ilustrasi saya:

Jika ada matriks besar berukuran m x n ( m adalah  jumlah baris yang menyatakan jenis variabel dan n adalah jumlah kolom yang menyatakan populasi), maka kita bisa partisi matriks itu ke dalam matriks2 kecil…

Intinya, tergantung kita memilih populasi yang kita inginkan. Jika saya memilih populasi saya adalah seluruh pelajar di kabupaten Sukoharjo, berarti saya adalah elemen xij dari matriks m x n, dimana m adalah jenis variable dan n adalah nama2 SMA se kabupaten Sukoharjo. Kalau saya terkotak dan berfikir itulah populasi saya, brati saya akan berusaha untuk menjadi terbaik di populasi saya se kabupaten, Padahal sebenarnya populasi kabupaten itu lebih kecil dari pada kalau saya memilih populasi Jawa Tengah, populasi Indonesia, Populasi di dunia, dll.

Mari kita berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam populasi terluas yang bisa kita capai. Tentunya diawali dengan menjadi terbaik di populasi tersempit yang bisa kita rangkul. “Awali dari hal2 yang kecil, dari diri sendiri, dari sekarang”

4

[20] A Small Ripple in Our Own Path


(gambar hasil googling)

Sometimes our work feels small and insignificant. But remember, a small ripple can gain momentum. Begin with one small step. Don’t let others stand in your way. Walk your own path.( kutipan)

Baru saja bersua dengan mama via telpon_18/02/2011. Percakapan seperti biasa, cerita ini itu, panjang, lebar, tinggi, tapi tak sampai menghitung volume, apalagi mengukur debit kerinduan per menit. Kerena rinduku pada mama memang tak terhingga. Love u Mam^^

Tak maksud hati, ingin mendengar kabar tak baik dari telpon pagi ini. Tapi memang harapan tak selalu sama dengan kenyataan, diantara keduanya sering ada bias yang menyela. Seperti teori dalam statistic, bahwa bias adalah selisih antara nilai harapan (expected) dengan nilai sebenarnya. Dan karena bias tak selalu bernilai nol.

Bias = E (y )- Y true

E (y )= nilai harapan (expected)

Y true = nilai sebenarnya

Inna lillahi wa inna illaihi rajiun”. “Semua berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah”

Mama hendak melayat, guru mata pelajaran Seni Rupa SMP-ku dipanggil Yang Kuasa. Sebut saja Pak Giyanto. Beliau adalah guru pertama yang mengenalkan padaku pengertian persepektif, pernah saya sebut nama beliau di cerita saya sebelumnya “Persepektif kehidupan”.

Hidup ini memang misteri kawan, kita tak akan pernah tahu, kapan malaikat Izroil menghampiri kita untuk mencabut nyawa kita. Semoga kita selalu dalam keadaan beriman dan bertaqwa kepada-Nya..amin..

————————————

Beranjak ke cerita lain, mama mengajakku bercengkrama tentang liburanku. Untaian kata-kata mama pagi ini membuat kelopak mataku berembun lagi. Tentang kakek dan nenekku.

“Hampir tiap malam dalam beberapa minggu yang lalu, Biyung selalu meraba suara motor yang lewat, berharap kau yang datang”, ungkap mama.

Mama bilang : [ “Dud udud udud, itu pasti suara motor endri”, kata Biyungmu. ]

Tak kuasa aku menahan butiran air dari kelopak mata. Biyung adalah panggilan untuk nenekku. Paktuwo adalah panggilan untuk kakekku. Sekedar adat di daerah kakek dan nenek. Memang tak salah pepatah berucap:

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.”

Kakek dan nenekku ( orang tua dari mamaku) memang tinggal agak jauh dari rumahku. Aku tinggal di kabupaten Sukoharjo, biyung dan paktuwo di kabupaten Klaten.

Kalau orangtua dari bapak, bahkan akupun belum pernah merasa bertemu dengan mereka. Sudah tiada. Kata orang2 dulu sewaktu kecil akku masih sempat digendong oleh mereka, tapi akku pun tak ingat. Semoga beliau dalam lindungan-Mu ya Allah.

Setelah selesai bertukar kabar, telpon pun usai. Kata2 penutup yang rutin terlantun kala telpon sama mama,

“Doakan ya Ma”

“Iya, pasti”

“Assalamu’alaykum,”

“Wa’alaykumsalam, wr,wb.,”

Dan mungkin ketika itu aku dan mama melakukan hal sama, tapi di tempat yang berbeda. Menahan air mata kerinduan.

——————

Usai telpon, teringat peristiwa malam itu, ketika aku pulang kampung hendak berlibur diantara tanggal merah 25 Desember 2010. Suatu malam aku sekeluarga bersama beberapa saudara sepupu menginap di rumah Biyung. Tengah malam, paktuwo batuk-batuk dan terbangun, semua anak, cucu, juga biyung ikut panik, memang kondisi paktuwo sedang tidak fit. Kami semua kalang kabut, bingung, taku-takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Satu kalimat dari Paktuwo malam itu yang membuat darah ku seolah beku sesaat, membuat semua mulut terbungkam sesaat, “Aku ki gor nunggu indri diangkat kok cahhh” (baca : aku ini cuma nunggu indri prajab kok naaak__mungkin setelah itu aku akan tenang untuk tiada). Ya, Allah seketika itu aku tersontak, bingung apa yang harus saya katakan. Ya Allah mudahkanlah jalan kami…Syukur atas nikmat sehat yang Engkau beri selama ini..

———-

Tersadar dengan kondisi dua mata terbuka, diri ini hidup di tanah rantau menuntut ilmu. Mencoba selalu melakukan hal2 yang positif, sekecil apapun. Bertekad akan membuat semua keluargaku selalu tersenyum atas apa yang aku lakukan. Mencerna nasehat dari mama, jangan pernah meremehkan hal2 yang kita anggap kecil, orang2 yang kita anggap kecil, dan segala sesuatu yang kita anggap itu kecil. Karena besar pun tak akan bernah terjadi kalau tak ada kecil. Satu milyar pun tak akan terjadi jika kurang 1 rupiah sekalipun.

Aku pun tak ingin mengukir hidupku hanya sekedar panggung pertunjukkan drama. Dimana orang2 dan banyak personel mempersiapkan diri dan bersusah payah diawal. Mengkonsep dengan menarik, membeli perlengkapan terbaik ini itu, latihan siang malam, gladi kotor dan bersih, dll. Semua itu dilaksanakan untuk mempersembahkan suatu pertunjukkan hebat dalam sekali waktu. Saat pertunjukkan dimulai, itulah saat2 puncak bagi pertunjukkan drama. Tapi setelah itu??? Kembali seperti semula…panggung yang megah pun di koyah, dandanan para actor dihapus.

Aku ingin hidup layaknya sinetron positif yang sessionnya tiada berakhir. Bukan hanya sekedar gemerlap sesaat, tapi hidup bermakna sampai Allah menghentikannya.

Sekali lagi, bukan maksud saya hendak berkata pecinta sinetron dan anti pentas drama, itu hanya sekedar kiasan saja kok ^^

Sometimes our work feels small and insignificant. But remember, a small ripple can gain momentum.

Jangan pernah merasa apa yang kita lakukan selama ini tak berarti kawan. Sejauh itu positif. Lakukan hal2 positif untuk meraih mimpi2 kita. Letakkan mimpi2 itu dekat dengan diri kita, agar kita selalu mengingatnya dan berusaha untuk mencapainya. Mimpi itu bukan angan-angan. Dan jangan buat mimpi2 kita hanya berakhir dengan angan-angan belaka. Bermimpi dan berusaha, bukan sekedar berangan-angan untuk mengkhayal.

Dan tiap insan punya jalur sendiri-sendiri, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tak semuanya punya nasib menjadi presiden. Itulah variasi kawan, jika semua orang di dunia ini beranggapan jadi presiden itu enak, dan semua orang mampu dan ditakdirkan menjadi presiden, bisa dibayangkan apa yang terjadi? Karena akan lebih baik masing2 berotasi menurut orbitnya.

Jangan pernah merasa bahwa kita dan apa yang kita lakukan seolah tak signifikan merubah nasib kita. Siapa yang menanam, dialah yang punya hak untuk memanen^^ Barangkali, sekarang kita sedang melakukan sesuatu hal yang mungkin dinilai kecil oleh orang lain. Barangkali ada juga yang menertawakan atas apa yang kita lakukan. Sedang dilain pihak, orang lain sudah melakukan hal besar. It’s no problem. Karena semua berawal dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dari sekarang. Buatlah yang besar dari yang kecil. Begin with one small step. Don’t let others stand in your way. Walk your own path.^^

Mari berusaha membuat seminimal mungkin bias itu, ukir jarak seminimal mungkin antara nilai harapan dan nilai kenyataan. Atau bahkan buat bias itu menjadi nol, sehingga kenyataan yang kita dapatkan sesuai dengan harapan yang kita inginkan dalam durasi waktu yang diberikan oleh-Nya.

^curhatan setelah telpon sama mama, saat masa-masa UAS semester 7..

my grand ma and grandpa ^^ love love love

(gambar dari berbagai sumber)

2

[17] Inilah Aku, Statistik


Aku ada dimana-mana, tapi acapkali orang tak menyadarinya. Aku sering digunakan, tapi esensinya sering diabaikan. Aku sangat berguna, tapi jarang orang tahu apa namanya. Aku penting disaat genting pengambilan keputusan, tapi tak jarang orang bilang aku tak penting dan tak lebih dari sekedar rumusan. Akulah sang data dalam bentuk angka, hasil penelitian agregatif, berkali-kali atas satu objek atau sekali atas beberapa objek. Akulah statistik.

Menurut buku yang penulis baca, kata statistik berasal dari bahasa Italia “statista” yang berarti negarawan. Pertama kali dikenalkan oleh Gottfried Achenwall (1719-1772).

Sekedar informasi bagi kawan2 yang belum akrab denganku…

Aku = statistik

Aku dihasilkan dari survey/sampel. Maksudnya survey/sampel itu adalah  penelitian yang tidak dilakukan pada semua anggota populasi yang ada. Kalau kita meneliti semua anggota populasi, nilai yang kita dapatkan adalah parameter. Jadi aku berbeda dengan parameter. Nilai-ku hanyalah nilai dugaan dan bukan nilai sebenarnya. Aku dibuat sebagaimana caranya agar hasilnya mendekati nilai parameter.

Kenapa bukan nilai sebenarnya yang aku hasilkan? Karena aku hanya diteliti berapa dari anggota populasi, bukan dari semua anggota populasi. So, nilai-ku itu adalah nilai dugaan dari beberapa anggota populasi untuk menaksir karakteristik dari semua anggota populasi.

Trus kalau nilai-ku hanya dugaan, kenapa aku masih dibutuhkan dan perlu dianggap penting, kenapa tidak kita cari nilai sebenarnya saja? Karena aku lebih efisien dari segi waktu, tenaga, biaya, dll.

Contoh riilnya begini; semisal Pak Menteri Baik Hati ingin menaikkan gaji dan upah pekerja di berbagai sektor di Indonesia. Agar keputusannya tepat, cepat dan bijaksana, maksudnya tidak terlalu under-estimate atau over-estimate, bagaimana caranya???

Maka sebagai bahan pertimbangan Pak Menteri ingin mengetahui rata-rata biaya untuk konsumsi harian tiap manusia di negara Indonesia. Maksud Pak Menteri agar kenaikan upah/gaji bisa sesuai kebutuhan.

Masalahnya Pak Menteri belum punya data pengeluaran konsumsi harian tiap manusia yang up to date. Pak Menteri hanya tahu nama-nama rakyat dan status pekerjaan mereka. Nahhh disinilah aku dipakai, klo kita tak memakai ilmu statistik bakal ribet tuuu..

Bayangin coba kita harus meneliti semua anggota populasi, maksudnya kita menanyai satu persatu manusia di negara Indonesia “berapa biaya yang mereka keluarkan untuk konsumsi sehari-hari”. Hoooo, cape deeeeh, padahal cuma untuk memenuhi permintaan pak Menteri Baik Hati sebagai bahan pertimbangan saja . Dari segi waktu, biaya, tenaga, dll gak efisien. Jangan-jangan biaya untuk meneliti sebagai pertimbangan malah lebih besar dibanding bukti riil kebijakannya berupa kenaikan gaji/upah. Dilihat dari segi waktu, jangan-jangan belum selesai waktu penelitian sebagai pertimbangan awal, jabatan menterinya uda bergulir. Tenaga juga, butuh tenaga tak sedikit untuk meneliti semua manusia di Indonesia, dan tenaga tentu tidak greetooong.

Maka dari itu aku hadir sebagai solusi. Dengan hanya meneliti beberapa manusia saja, kita bisa menduga rata-rata konsumsi harian manusia se-Indonesia. Yaaaa, tentunya dengan ilmu statistik. Dari segi pengambilan sampelnya, maksudnya siapa-siapa yang bakal jadi sampel, gak asal ngawur aja, ada tekniknya lhooo. Karena pengambilan sampel sangatlah berpengaruh terhadap hasil dugaan nanti. Bagaimana cara penarikan sampelnya, berapa jumlah sampelnya, bagaimana perhitungannya, berapa persen tingkat kepercayaannya, dll… Itu yang konon katanya rumit, tapi tentu tidak sukar bagi statistika 😀

Naaah, inilah perkenalan awalku..Lain waktu aku akan bercerita tentang diriku yang lain.. Yang powerfull^^

4

[12] Semangat wisuda_Doddy Afrizal


P22-05-10_06.22e

Cap anak rantau dimulai ketika aku melanjutkan study di kota metro setelah lulus SMA. Tak terasa sekarang sudah menginjak tahun ke-empat. Semoga menjadi tahun terakhir-ku dan teman2 seperjuangan di STIS. Amin

Tingkat empat, hari demi hari teringiang skripsi, komprehenshif, UAS, kuliah, dll. Kampus-ku ( Baca: STIS sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan) memang lain daripada yang lain. Menu serba special di semester 7 dan 8. Kami masih kuliah seperti biasa, ada UTS komplit dengan hidangan penutup UAS-nya di tiap semester. Disisipi ramuan special “Kompre”. Kompre terdiri dari beberapa mata kuliah dari tingkat 1 sampai 3 dan akan diujikan setelah UAS semester 7. Di sela-sela itu disuguhkan jamuan skripsi yang harus selesai di akhir semester 8. Serasa begitu padat, itulah kewajiban kami. Untuk gelar S.ST di penghujung semester 8.

——–

Airmata memang tak memandang usia kawan. Tak sedikit yang bilang aku c.e.n.g.e.n.g. Selama 3 tahun lebih aku bergelar anak rantau, pun telah berpuluh-puluh kali aku pulang ke kampung halaman. Seingatku belum pernah aku pamitan untuk balik ke Jakarta tanpa air mata. Love my family…

Satu hal yang membuatku tak kuasa meneteskan air mata kala mengingat moment malam itu. Malam hari tertanggal 5 Februari 2011. Malam terakhirku menginap di rumah periode liburan kali ini, besok sore aku harus berangkat ke Jakarta. Saat aku berkutat dengan buku-buku ku di kamar. Doddy adek laki-lakiku yang sekarang duduk di bangku SD kelas 4 menghampiriku. Usia ku dan Doddy terpaut tepat 11 tahun, karena kami memang lahir di tanggal dan bulan yang sama__20 Oktober__Doddy memang aktif, suka bercerita ini itu, menanyakan hal-hal baru, usil, dan ngangenin. Sungguh aku belum rela , kalau ia beranjak besar. Serasa aku belum ikhlas ketika suara khasnya yang kekanak-kanakan hilang dan berganti suara laki-laki dewasa. Tapi ku tak boleh mengingkari fase kehidupan kalau itu benar adanya. Doddy—-

“mbak Indri mau balik Jakarta besuk ya?”

“Iya, kenapa? Mau kasih oleh2, heeee”

“Ini mbak ada pin ipin upin”

“Wuaaaa, makasih yaaa”

Ku tahu walaupun itu bukan pin baru, tapi memang banyak cerita diantara kami terkait ipin upin^^

Photo-0119

“Mbak kan suka ipin upin, hee”

“Yeeee, enak aja, emangnya aku anak kecil”

Gelak tawa kembali menaburi kamar. Dengan keakraban khas kami. I love u Dod.

“Ini mbak, ada stiker”

“Buat apaan?”

“Ini, gambarnya orang wisuda”, Sembari mengulurkan tangan mungilnya ke hadapanku.

Photo-0118

Setelah ku liat, jujur hatiku seperti berombak bingung. Riaknya bergerak asimetris. Antara terharu, takjub, dan banyak hal lain yang aku pun bingung untuk mendefinisikannya. Stiker berukuran sekitar 4cm x 2 cm. Kecil, tipis, tak baru, tapi  bagiku stiker itu punya makna yang tak terhingga. Seketika, ku peluk adekku dengan ritual khas ala kami.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Doddy yang belum genap 11 tahun itupun begitu memahamiku. Hadiah yang sangat teristimewa bagiku. Akan ku simpan Dod, akan ku tunjukkan padamu saat hari-H wisudaku kelak^^.

11

[10] Makna Kehidupan di Koridor Balok Empat__sudut pandang kehidupan


“Hidup mengajari kita untuk bersyukur dipagi hari, bekerja keras disiang hari, beristirahat dan mengambil hikmah dimalam hari. Allah tahu perjuangannmu selama ini, Dia tahu beratnya kegiatanmu dan Dia pun tahu betapa penat dan lelahnya dirimu dan Dia juga tahu berkurangnya jatah santaimu selama ini. Tetap tersenyumlah kawan, karena bukan hanya ridho yang Allah akan balas untukmu. Syurga-Nya telah menanti bagi orang-orang yang bersabar”________dear n from my special friend__
Kondefnya kali ini -> Lahir di dunia= kertas putih

Dan hidup layaknya menorehkan goresan di atas kertas putih. Jangan pernah  menulis dengan tinta putih pula, karena itu akan sia-sia belaka. Manfaatkanlah waktumu, karena ia tak kan mungkin terulang walau satu detikpun. Jadilah orang penting dengan melakukan hal-hal yang penting, karena orang yang tidak penting sedang melakukan hal-hal yang tidak penting. “Don’t waste of time”

Jikalau menulis dengan pensil adalah warna hidup kita, jangan kau lupakan eraser. Sejatinya menulis bersahabatlah dengan penghapus, karena ia akan berusaha membenarkan goresan-goresan kita yang salah. Karena kita memang tak selalu benar, kebenaran adalah milik-Nya. Bersahabat dengan rautan juga merupakan pilihan yang tepat, jangan takut kalau si rautan akan menyakiti kita pada awalnya. Awalnya sakit karena sayatan rautan itu, tapi hasilnya pensil kita akan lebih tajam. Yaaa, memang hidup ini penuh tantangan dengan cobaan yang tak jarang menyayat hati, tapi sejatinya agar kita bisa menjadi insan yang lebih baik.

Jangan pernah mengeluh ketika cobaan itu menghampiri kita, bukan pada orang lain. Allah itu Maha Tahu. Tahu bagaimana batas kemampuan hambanya, karena DIA tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Ibarat hutan yang penuh dengan aneka pepohan. Bayangkan ketika seseorang ingin menebang salah satu pohon untuk dijadikan kerangka dari atap rumahnya (*dalam hal ini penebangan legal ya ^^). Yang terpikir oleh kita apa?? Yaaa, pasti orang tersebut akan memilih pohon yang dianggapnya paling kuat dan mempunyai kualitas yang baik dan sesuai untuk dijadikan atap dibandingkan dengan pohon yang lain. Andaikan ketika posisi kita sebagai pohon tersebut, sakit rasanya dicabik-cabik dengan parang karena ingin ditebang, digergaji dengan kasarnya, dipisahkan dari populasinya. Mirip ketika kita mendapat cobaan, sedangkan teman-teman kita tidak mendapat cobaan. Tapi, mari kita cerna lebih larut, sungguh pohon itu dipilih untuk ditebang bukan karena dia buruk, tapi dia berkualitas untuk dijadikan atap, diharapkan dapat melindungi manusia dari hujan dan tentunya untuk kemaslahatan.

Sedikit bercerita tentang kisahku :

Secuil kisah dalam hari–hidupku. Senin sore di awal bulan Januari 2011. Serasa angin sedang berkawan, udara yang nyaman ditambah angin sepoi, mentari dengan tusukan sinar halusnya, sore yang indah. Sore itu aku melangkah tak gontai menelusuri jalan yang memang sudah tak asing bagiku—-yaaaa, jalan menuju kampus STIS tercinta-ku———Di sepanjang jalan anak-anak di sekitar perumahan Kebon Nanas Selatan riuh memainkan layang-layangnya. Karena angin sedang bersahabat. Suasana yang ku tatap sedikit membuka memori masa-masa kecilku, bermain layang-layang di pematang bersama kawan. Ketika sadar memandang diri, sekarang sudah 21 tahun lebih ^^ .Serasa waktu begitu cepat berlalu. Bedanya dulu aku bermain layang-layang di area pematang atau tanah lapang, tapi mereka di jalanan yang tak sedikit ada kendaraan berlalu lalang.

Aku dengan buku tebal MTV-ku untuk kuliah sesi 4, pukul 16.45 kuliah di mulai. Saat berjalan, tubuhku ditabrak oleh anak kecil yang sedang berjalan mundur karena dia sibuk menjadi pilot layang-layangnya. Karena terlalu focus pada layangannya, seolah lost control dengan jalanan. Ahhh, pikirku tak apa di tabrak tak terlalu sakit, karena beruntung tubuhku tak terpelanting ke aspal. Tetap ku lanjutkan berjalan, daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan tanpa disengaja benang lembut pengait layang-layang itu menyapu lembut pipiku. ”Sreeeek”. Perih sakit dan menyayat rasanya. Tak ku pedulikan, aku tetap berjalan menuju kampus, ku tak ingin kalau anak itu tahu aku terluka. Bertambah menit rasa-rasanya bertambah sakit. Tak sempat untuk melihat kondisi lukaku sepanjang perjalanan karena ada konstrain waktu. Karena aku tak mau terlambat di sesi 4, terkait lift kampus yang sering antre…………….dst

Point penting yang dapat saya ambil hikmah dari accident yang saya alami: Berhati-hati dengan ucapan, tindakan, atau tingkah laku kita sekecil apapun itu.  Terkadang kita tak tahu kalau hal itu menyakitkan orang lain. “ Ibarat benang layang-layang yang lembut dan tipis bahkan seoalah tak terlihat, tapi akibatnya ia bisa menyebabkan luka yang perih, bahkan membekas lama”.

Terimakasih untuk adek kecil itu, karena perantara dirimu, membuat diriku berfikir tentang sesuatu yang kecil. ”Sedikit bukti kalau, cobaan kecil accident ku, bukan accident orang lain tak selamanya musibah. Karena dibalik semua, pasti Allah telah titipkan hikmah^^.

So, bagi tingkat 4 STIS khususnya yang mulai disibukkan dengan tugas, kuis, kompre, skripsi, dll tetap semangat ya. Jangan pernah bersedih ketika akan ada cobaan yang nangkring untuk sekedar menghampiri kita. Karena DIA Maha Tahu, kalau kita pasti mampu menghadapi cobaan itu, dan pasti ada hikmah diantaranya, tergantung kita melihat dari persepektifnya.

Kehidupan di area balok empat
2

[9] optimis di balok 4 ^^__motivasi skripsi


Hidupku terkadang seperti amoeba. Tak beraturan. Kadang iri melihat bintang laut. Yaaa, aku sadar amoeba tak bertulang belakang—avertebrata—. Bukan lantas aku menyesal, tapi inilah fitrah. Teorema yang ku anut suatu kekurangan tak selalu akan bertimpal buruk. Mencoba melihat dari sisi lain. Bahkan kekurangan itu bisa jadi ”Eksotis”, kata orang puitis, kekurangan laksana penciri bagi kita dan membuat unik dari yang lain. Potensi itu seperti lubang kawan, bahkan dia perlu “digali”. Potensi bukan madu dalam mahkota bunga nan elok yang hanya bisa “menunggu” kupu2 yang datang.
Tak benar memang kalau akku merasa selalu tak berguna. Tapi sesekali bisa dicoba untuk lakukan. itu tak dilarang kok. Justru bisa dibilang kombinasi. Pasti terdengar jelek, pabila diriku selalu memencet nada “re” pada pianika. Merasa tak berguna dan menjadikan pijakan untuk melompat menjadi lebih berguna itu hal positif. Merasa berguna dan berusaha konsisten agar selalu beguna bukanlah hal yang negative. Pandai-pandainya kita membuat kombinasi agar tuts yang kita torehkan tak terasa sia-sia. Selalu ingatlah bahwa detik sekarang tak akan pernah terulang.
Jangan pernah merasa sama sekali tak berguna. Uang satu rupiah pun akan sangat dibutuhkan oleh raja Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan demi membentuk nominal satu juta rupiah. Tanpa satu rupiah, tak jadi juga satu juta rupiah itu. Yakin dan optimis bahwa dalam tiap aktivitas kita bisa dan layak untuk dijadikan kontribusi positif bagi diri sendiri atau orang lain.
Dan jangan pernah lupa, kita hidup di medan magnet, laksana bumi dengan dua kutubnya. Tak pernah ada magnet hanya dengan satu kutub. Berbicara melulu si positif, berefek terbuai, rajin bermimpi, lupa menggali lubang celah prestasi. Ingat kutub negative seperti koloni malas tetap akan bisa menelisik menggoda iman kita^^.
—dalam rangka memotivasi diri, semangat di balok akhir sekolah plat merah ku—-

4

[8] Sekedar dongeng—Diary tuan putri—Applied Multivariate Statistical Analysis



Teori statistika itu cukup pelik, berliku, banyak asumsi, tapi exciting. Ketika kita bekerja dengan ruang sampel untuk mengestimasi parameter populasi, rasa2nya angan parameter itu begitu jauh. Terkait dengan sampel selalu berakhir pada nilai statistic, dan tak jarang hanya bisa bekerja dalam confidence interval yang pastinya punya tingkat kesalahan sebesar alfa. Karena aku hanyalah hamba biasa, yang tak sempurna.
Berharap yakin 100% menemukan parameter tanpa harus melakukan sensus adalah sesuatu yang mustahil, karena ulah kolaborasi antara si alfa dan si beta. Tapi menemukan nilai statistic dari data sampel sehingga tepat sama dengan nilai parameter, bukanlah sesuatu yang mustahil. Peluang itu pasti ada dan selalu berkisar antara 0 sampai 1. Karena memang bukanlah hal yang mustahil tatkala akku berpeluang untuk memeluk mimpi kala matahari bersiap untuk temaram, melihat laut lepas dengan pasir rakyat,angin semilir, melempar batu kecil ke laut lepas, melihat kapal2 layar saling bersendau dengan angin di laut lepas. Ohhh indahnya ciptaan Allah itu^^.
Anggap saja aku seorang tuan putri yang hidup dalam istana matriks, yang tak bisa membagi kisahnya  kepada siapapun. Itu adalah sebuah teorema terkias dalam rule yang sudah ter-acc. Sepandai-pandainya Anda membujuk,  meskipun Anda punya kekuatan sebesar dan setinggi ‘gambreng’, walaupun membujuk dengan lautan chunky bar pun ternyata takkan pernah tuan putri berbagi cerita, karena tak ada operasi bagi dalam matriks. Yang ada hanya: tambah, kali, kurang.
Kehidupan di istanaku tak jauh berbeda dengan vector, yaa punya besar dan arah. Sebesar apa kehidupanku??? adalah sejauh mana aku bisa mengubah harapanku menjadi kenyataan, sebesar akku berusaha memaksimalkan waktu yang diberikan oleh-Nya. Dan arah kehidupanku memang tak sepenuhnya baik-baik sadja, tak sepenuhnya akku orthogonal dan ortonormal. Yaaaa, memang terkadang aku butuh terapi orthogonal agar aku bisa menjadi tuan putri yang tegak lurus (baca:perpendicular). Dan kadang kala melakukan terapi ortonormal agar membentuk positif special (one) perlu ku lakukan.
Sayangnya aku hanyalah seorang tuan putri yang manja dan cengeng kata kanda, dasar “linier dependent membuat multikol dan membuat pelanggaran asumsi”.
———————
Suatu waktu dimana akku merasa masuk ke dalam vector ruang dengan begitu banyak variable. Confidence region yang ku masuki  benar-benar membuatku bingung, bukanlah elips lagi, tapi ku pikir ini adalah ruang yang tak bisa ku deskripsikan, lebih rumit dari picture buku Applied Multivariate Statistical Analysis – fifth edition – Richard A. Johnson dan Dean W. Wichren page 152.
Tapi percayalah, bahwa serumit apapun sesuatu yang kita anggap rumit, hal itu akan serasa ringan dan mudah, manakala kita mau berusaha dengan senang hati. Awalilah dengan bismillah dan senyuman disaat hati ini merasa berat melakukan sesuatu. Cobalah sekarang untuk sedikit menggeser posisi bibir Anda dan tersenyumm —ayo praktikan—jangan malu2—entah duka atau cita kondisi hati Anda sekarang—-ayo senyum– (kuliah praktik: ^^ senyuuuuummmm) maka dengan senyuman Anda akan merasa lebih baik. InsyaAllah.
Satu hal yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwasanya Allah itu tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Karena baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah, dan buruk di mata kita belum tentu buruk menurut Allah. Allah Maha tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.. Karena Dia tak akan sekedar memberi apa yang kita mau, tapi memberikan apa yang kita butuh…Allah Akbar…
Kembali lagi ke cerita ku didalam confidence region tadi, sebut sajalah akku masuk kedalam confidence region Ancol. “Cukup” dengan membayar Rp 9.500, 00 maka Anda dapat memasuki area ini. Sembilan ribu limaratus rupiah adalah suatu besaran yang relatif, menjadi sosok relatif murah bagi kalangan elite, dan menjadi momok yang relatif sangat mahal bagi para tunawisma. Relatif mahal ketika diberlakukan 7 tahun silam (yaaaa barangkali ketika 7 tahun silam Anda masih duduk di bangku istana SMP, barangkali angka 9.500 itu mahal). Tapi relatif sedang2 saja ketika Anda berada di masa sekarang duduk sebagai mahasiswa plat merah yang mendapat kucuran uang saku ikatan dinas tiap bulan.
Berbicara masalah nilai yang relatif sepertinya sedikit rumit. Buktinya ketika kita berpusingria dengan distribusi, merasa diri ini bukanlah sosok yang normal yaaa tak puas dengan Chi-Square atau t-student, sampiai-sampa berdebat dengan angka 30 untuk CLT. Tiga puluh itu large or not???? Yaaa relatif. CLT oh CLT (baca: Central Limit Theorem)
Aku seorang tuan putri yang terdistribusi normal, tanpa ditransformasi pun akku bisa menceritakan dengan fasih asyiknya menaiki gondola. Kenapa harus gondola??? Karena gondola berhubungan dengan angka 30 ( n= banyaknya sampel). CLT oh CLT. Dengan harga yang relatif, yaaa dengan 30ribu Anda bisa menaiki gondola sampai puas. ”Beli tiket sekali bisa naik berkali-kali, asalkan tiket masih di tangan dan stempel merah di tangan tidak hilang”.
Cerita relatif memang belum usai, terkait history. Relatifnya harga bisa terjadi karena ulah inflasi.. Bicara harga nominal dan harga riil. Nilai riil tujuh tahun silam akan sangat berbeda dengan harga sekarang, apabila nominalnya sama. Sea world ohh sea world, I wanna see sea world—-
Alkisah: Tuan putri berharap menaiki gondola, bisa dikatakan terbang dengan ketinggian tertentu dengan view hamparan Ancol nan elok. Ini hanya sekedar harapan ( baca: Y cap= Y hat = Y estimate ). Nilai harapan yang didapat bukan dengan sembarang cara, karena perlu berpeluh dengan Analisis Regresi. Sesuatu yang berharga disini adalah alat perekam data (baca: kamera). Ibaratnya Anda ingin menemukan model yang tepat (baca : fit model) untuk banyaaaakkkk variable independent, fitting model ini-itu, compare nilai R square, R square adjusted dll. Kalau Anda bekerja dengan SPSS tanpa save file, beuuuhh sukar nian untuk mendapatkan fit model. Lupa Lupa karena tidak terekam. Percaya dech mending kita save sadja dan jangan di dele walaupun itu bukan model yang fit. Pasalnya pertanyaan itu pernah muncul di sidang???? Misalkan: Coba Anda run untuk dapat model yang fit?? Yaaa, kalau variable independentnya cuma 2 siih OK OK sadja, naah kalau banyakkkk. Waaaww. Kalau Anda prepare, Anda tak harus berpeluh lagi dengan lapy dari istana untuk running data, tinggal “jebret—jebrett” tunjukkin output^^.
Sama halnya manakala Anda menaiki gondola tanpa kamera di tangan. Huffft rugi berattt. Zaman semakin canggih cuyyy, istana pun punya Hp yang berkamera, tapi apa artinya Hp tanpa batreee (baca: lowbat, cameramodeoff). Apa artinya camera 3,2 megapixel dari istana itu.. Sekiranya disini matakuliah ekonomimikro about barang subtitusi kurang bisa diandalkan. Fungsi dari pepatah “Tanpa rotan, akar pun jadi” mulai luntur dalam matriks gondola, karena akku tahu tak akan pernah ada pangeran dalam gondola yang pandai melukis diatas canvas. Mungkin pepatahnya berubah menjadi “Tanpa substitusi komplementer pun jadi”. Saling melengkapi, bak menyusun parcel tanpa camera  (ini itu—ibukmu—bapakku—yogya—rumah kakek—tulang airmata—biorama—penakut) semua diramu sebagai komplementer tanpa camera. Dan cukup 2 kali putaran saja, sepatu sreksreksrek itu menapaki matriks gondola dengan chunky bar, kalender istiqlal 30 ribu (kenapa 30 ribu?? Karena n=30 itu relatif, bahkan kita bisa berinfak diatas itu). Satu lagi “air mineral”, atau kau akan merasa dahaga di dalam matriks gondola.

——efek belum mengerti MTV—-ayo ayo semangat—UTS ganjil semester 7 sebentar lagiiii—–