[196] Penantian #3


Betapa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu…

Dulu, di masa itu, disebagian besar waktu dalam hidupku, aku sama sekali tak paham, sama sekali tak mengerti, hakikat dari kalimat ‘anak adalah rezeki’. Semasa masih mengenyam pendidikan dasar dan menengah, sempat terbesit pertanyaan, dimana letak poin inti dari kata ‘rezeki’ yang ada pada seorang ‘anak’? Hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu, aku pun melupakan pertanyaan itu, toh tidak terlalu penting untuk ku pikirkan, begitulan pemikiran singkatku waktu itu. Kesimpulan yang begitu dangkal, kepuasan atas jawaban yang begitu kikir.

Semasa kuliah, aku kembali teringat dengan pertanyaan itu. Tapi, ternyata, bukan jawaban itu yang selama ini aku cari…..

Hingga, pasca aku menikah, aku diizinkan Allah untuk melalui suatu fase yang mengajarkan kepadaku, memberikan jawaban yang selama ini aku cari….

Dalam durasi waktu itu, penantian #1, penantian#2

Fase Penantian

Menanti buah hati, menanti kabar akan kehamilan, menanti jawaban dari Allah. Menanti rezeki dari Allah.

Bisa dibilang, bukan suatu yang mudah untuk kami (aku dan suami) melalui hari demi hari di fase itu. Sebagaimana manusia biasa, aku pun juga merasakan kesedihan, juga sering pernah menangis tanpa alasan. Merasa lebih sensitif dengan setiap perkataan orang, yang barangkali hanya bisa ku simpan untuk kemudian menceritakan kepada suami, dan kepada Allah. Namun, kami percaya bahwa, pertolongan Allah tidak akan pernah telat.

Mengulang-ulang video kajian hasil download, khususnya yang berkaitan dengan do’a agar memperoleh keturunan yang shaleh/shalehah, tak henti-hentinya aku putar. Bahkan, bisa jadi aku pun hafal kalimat per kalimat perkataan dari ustadz tersebut. Juga kajian tentang ‘mendirikan shalat malam’, agar diri ini termotivasi untuk bangun dan meminta kepada Allah di waktu mustajab itu, dimana semua do’a akan dikabulkan oleh Allah.

Dalam fase itu, aku banyak belajar. Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan kami (aku dan suami) untuk masuk dalam fase itu, fase yang insyaaAllah menjadikan diri kami lebih baik lagi, atas izin Allah. Lebih berhati-hati dalam memilih kosa-kata, juga dalam memandang  sesuatu yang terjadi di sekitar.

Satu hal yang begitu tertanam kuat dalam benakku, “Betapa Allah Maha Baik, mengizinkanku memasuki fase itu. Fase yang membuatku banyak belajar akan Kuasa Allah.”

Bahkan, sempat terbesit pikiran konyol, ‘kalau saja Allah tak mengizinkan kami masuk ke dalam fase itu, mungkin kami akan menjadi pasangan yang begitu brutal, tak pernah memikirkan perasaan orang lain, sombong, dan entahlah.’ Meskipun, sampai detik ini, saat kami hampir selesai melalui fase ini, kami masih begitu kotor dan banyak melakukan kesalahan, tapi apa jadinya kami tanpa fase itu? Mungkin jauh lebih kotor dari diri kami yang kotor saat ini.

Rabbi habli minash sholihin. Rabbi habli minash sholihin. Rabbi habli minash sholihin. Rabbi habli minash sholihin….

5 respons untuk ‘[196] Penantian #3

  1. Jengnizzzz…. smg sehat selalu, barokah dan anak2 menjadi putra/i sholih/ah…
    Trmksh sudah menjadi perantara Alloh menjadi pengingat bagi kami… hamba yang kotor dan terus belajar dan belajar…

    • aamiin,
      makasih banyak tika untuk doanya, semoga segala hal baik selalu bersama tika dan keluarga aamiin..

      Kami juga hasrus banyak belajat dari tika dan keluarga yang super duper keren, bersama 3 putrinya, apalagi membesarkan si kembar, pasti bukan hal yang mudah 🙂

      • Minder malahan baca tulisanmu mba endriii… krn kedewasaan muncul dari bagaimana seseorang menghadapi masalah…

      • Jangan minder tika, tentu saja tika itu ibu yang hebat, salut banget sama tika yang diberi amanah mengasuk si kembar 🙂

        Iya tika, kami memang harus banyak belajar, heheee, semoga lekas beranjak dewasa…

Tinggalkan komentar