0

[182] Holiday


Dulu, saat aku masih kuliah di Jakarta, bukan hal yang istimewa ketika mendengar kata ‘Ancol’. Soalnya berasa deket, tinggal naik busway rute PGC-Ancol, sampai deh.

Sampai sekarang pun, masih sering keingat tentang kejadian waktu itu, saat aku bersama dengan beberapa rekan akhwat pergi ke Ancol dengan tujuan relaksasi pasca menempuh ujian komprehensif. Begitu sukar untuk bisa mendeskripsikan perasaanku saat itu, antara kalut, takut, cemas, kesel, dan segala bentuk rasa was-was yang tak seharusnya muncul. Aku takut kalau nggak lulus ujian komprehensif. Sebuah ujian yang hanya 1 SKS, tapi berisi beberapa matakuliah inti di dunia perstatistikan, dimana ujian kompre merupakan prasyarat inti untuk bisa memasuki jenjang wisuda. Ancaman DO dan yang lainnya. Saat itu aku lampiaskan pergi ke Ancol, melihat laut lepas untuk mengurai pening dalam jiwa. Namun, akhirnya aku tahu, bahwa segala bentuk kepenatan dan kecemasanku berangsur sirna, bukan karena Ancol, tapi karena sabahat-sahabatku. Mereka menyulut energi positif, menyuntikkan semangat, mengingatkan akan iman kepada takdir baik dari Allah.

Ancol, juga pernah menjadi bingkai, saat aku usai wisuda. Saat itu, ibu dan bapakku datang ke Jakarta untuk menghadiri acara wisudaku. Dan, kami juga sempat singgah di Ancol untuk bersepeda ria. Takdir baik dari Allah.

Kini, aku sudah tak berdomisili di Jakarta lagi. Aku tinggal di Gorontalo, di sebuah tempat yang banyak memiliki pantai nan jernih dan biru nan memukau. Pantai yang jauh lebih indah daripada Ancol. Namun, aku tetap rindu Ancol. Tentang berjuta kenangan antara aku, sahabat, keluarga, juga cinta.

Hingga akhirnya, dalam kesempatan liburan tahun 2015 ini, aku dan suamiku memutuskan untuk singgah sementara ke Jakarta, mencukil kenangan demi kenangan yang berserak di sana. Dan kami menyempatkan singgah ke Ancol.

Welcome to Ancol

ed5

Sepeda gandenged9

ed10Memberi makan ikan,

ed6

Mengenang masa kecil,

ed4Dan, kami pun berfoto ria di depan dufan.

ed7Tapi, enggak masuk dufan, karena satu dan lain hal, hiied8Terimakasih Cintaa, untuk sebuah cerita dari gondola.

2

[181] Kerinduan itu,


Cerita tentang sebuah kerinduan yang begitu sulit untuk dideskripsikan. Tentang segala letupan tanpa syarat. Tentang kenangan yang begitu mudah membuat mata ini seolah kelilipan.

Di sana, di sebuah desa yang jauh dari kata ‘ramai’. Di tempat itulah aku pernah melukiskan kenangan. Di tempat itulah, tempat dimana aku mulai berani menyusun mimpi, berdo’a untuk pengharapan yang terbaik. Di tempat itulah, aku mulai tahu apa arti sebuah kesederhanaan. Tak banyak yang tahu, akan apa yang ada dalam imajinasiku. Sebuah rute yang aku susun, penuh dengan peluh, untuk bergeser, menjauhi garis kemiskinan itu.

Kini, aku berdiri di belahan bumi lainnya. Untuk melanjutkan puzzle mimpi yang dulu pernah aku bangun. Bahagia? Tentu iya. Aku berdiri di sini bersama seseorang yang telah Allah pilihkan untuk menjadi pendampingku. Tapi, di sisi lain, jika aku ditanya akan hal lain, tentang seoonggok perasaan di sudut kecil relung hatiku. Maka, begitu sulit untukku bisa menahan tangis ini. Yaaa, tentang ‘kerinduan’. Dan disaat mataku berada pada titik terlemahnya, Allah mengizinkanku, untuk selalu mendapatkan sandaran  itu. Allah mengizinkanku, untuk bersandar di bahu sang belahan hati.

Yaaa, bukankah Allah tidak pernah salah? Tergantung dari sisi mana, manusia hina ini, hendak berprasangka. Tergantung dari sisi mana, manusia lemah ini, hendak melihatnya.

Dan, rasa syukur, bersyukur dalam setiap kondisi, insyaaAllah lebih baik, daripada melakukan hal yang sebaliknya.

Untukmu, wahai ibu, untuk keluargaku, begitu sukar untukku melukiskan perasaanku dalam setiap waktu….

IMG_3920 edMak’e (ibu), semoga Allah berikan surga tertinggi untuk beliau….

IMG_3895 edBiyung (nenek), semoga Allah senantiasa memberikan berkah kepada beliau

IMG_3922 edLia, Biyung, Mak’e, Aku

IMG_4001 edDoddy, Pak’e, Biyung (nenek), Aku

IMG_3948 edDoddy, Pak’e, Lia, Mb Rini, Aku, Ori, Bulek Kikin, Linda, Mb Rita

Fatah, Mas Diyan, Lala, Hiban

IMG_3944 edMb Rini, Fatah, Lia, Mas Diyan, Aku, Bulek, Linda, Ori

Lala

IMG_3906 edWaduk Gajah Mungkur, Wonogiri with love 🙂

12

[180] Malioboro, Mudik 2015


Selalu ada cerita indah dalam setiap mudik ke kampung halaman.

Tahun ini, aku dan suami diberi kesempatan oleh Allah untuk bertafakkur ke Yogya. Sebuah provinsi yang penuh dengan berjuta cerita, sekitar 2 jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dari tanah kelahiranku, Sukoharjo.

Seperti biasanya, kami berangkat tanpa ‘objek wisata nan jelas tergambar’. Niatnya ingin ngebolang. Finally, berpedoman pada petunjuk arah yang nangkring di atas papan hijau di setiap jalanan, sampailah kami ke area Malioboro. Sebuah tujuan yang tetiba muncul saat perjalanan menuju Yogya.

IMG_3825 ed

Yup, berjalan sepanjang jalan Malioboro memang sungguh asyik. Apalagi bersama dengan orang tercinta.

Usai memarkir motor, suamiku langsung heboh menuju papan bertuliskan ‘Jalan Malioboro’. Entah apa yang ada dalam pikiran beliau, begitu antusias memotret dari berbagai sisi. Awalnya aku hanya nyengir alakadarnya, tapi lama-lama menarik juga berfoto dengan background tulisan itu, hiii, terlebih banyak juga rombongan yang ingin berfoto di tempat itu, sampai ngantri lho, hii.. Gimana sih, penampakan tulisan Malioboro itu, ini dia hasil jepretan sang tripot kami, hehee..

IMG_3692 ed Lebih jelasnya seperti ini teman,

IMG_3686 ed

Nothing special? Tapii, seru juga lho…

Banyak jajanan makanan dengan harga terjangkau di sepanjang jalan Malioboro ini. Salah satunya adalah pecel. Kami memilih beli pecel di ibuk-ibuk yang sengaja menutup barang dagangannya dengan plastik bening, setidaknya kadar debu dan frekuensi terkena hinggapan lalat lebih sedikit dibanding yang terbuka. Hmmm, yummi bukan? Hii, satu porsi berkisar antara 5 ribu rupiah, sudah lengkap dengan gorengan 1 buah, ketupat/nasi, sayur pecel. Rasanya pun, enak. Kalau di Gorontalo, mana bisa beli makanan semurah itu, hiii…

IMG_3732 ed Selain itu, banyak juga penjual cindera mata aneka rupa, harga terjangkau dengan variasi yang cukup banyak. Kami juga sempat singgah ke sebuah toko nan besar, di dalamnya lengkap dijual aneka rupa jenis souvenir, mulai dari yang harga ribuan sampai jutaan rupiah. Terdesain rapi dengan banyak kasir di setiap lantainya, tapi yaaa tetep antri karena banyaknya pembeli. Aku lupa ada berapa lantai, kalau tidak salah terdiri dari 3 atau 4 lantai. Nama tokonya saja enggak sempet ngebaca, haaa. Cirinya di depan toko itu dijual bakpia Raminten.

Ohya, sepanjang jalan Malioboro ini juga ada halte bus lho, kalau di Jakarta semacam halte busway gitu, tapi ukuran bus nya jauh lebih kecil dibanding di Jakarta.

Kalau kalian capek untuk berjalan kaki, tersedia juga transportasi darat, misalnya becak, atau semacam kereta kuda.

IMG_3707 edOhya, di sini kamu juga bisa menemui buanyaaak sekali turis dari berbagai negara. Berseliweran sana-sini…

IMG_3738 ed

Kami juga singgah di salah satu objek di sepanjang jalan Malioboro, ke sebuah musium. Namanya Vredeburg, dahulunya ini adalah sebuah benteng, kayaknya sih begitu, haaa. Yang aku sangat salutkan dari musium ini adalah penataan, kebersihan, dan segala pernak-perniknya tersusun dengan begitu baik. Bahkan kamar mandinya pun bersih, aku sampai terkesima. Tiket masuk waktu itu 2000/orang. Harga yang cukup ekonomis untuk bisa belajar banyak di dalam musium itu.

IMG_3743 ed Oh ya, gedung musiumnya juga lumayan terawat lho..

IMG_3780 edDari jalan Malioboro juga terbilang dekat kalau hendak menuju Keraton. Kami saat itu belum singgah ke kraton. Hanya saja, waktu shalat jum’at kami menuju Masjid Gede di deket kraton. MasyaaAllah, waktu itu ada 2 orang warga negara asing yang mengucapkan syahadat pasca shalat jum’at. Allah akbar. Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

0

[178] Memasak & Membaca


“membaca”. Yaaa, jawaban itulah yang acapkali nangkring di setiap kuesioner dari zaman SD hingga saat ini, ketika tersebut pertanyaan apa kegemaranmu?

Ada beberapa kisah dalam buku yang pernah saya baca, bahkan sampai saat ini hal tersebut masih lekat menempel dalam ingatan. Tentunya, banyak juga yang sudah terlupakan begitu saja, hhihihi.

Namun di sisi lain, ada beberapa scene yang terekam baik bahkan hingga saat ini. Tentunya, semua terjadi atas kehendak Allah. Sebuah kisah tentang mengubah tantangan menjadi peluang, tentang kesederhanaan, tentang hidup apa adanya, tentang bersyukur, tentang perjuangan, dan hal lain-lainnya. Oh ya, yang perlu kita ingat adalah, tidak semua isi buku karya manusia itu berisi kebenaran, ada juga yang berisi ketidakbenaran.

Dulu, saat saya masih kecil. Saya begitu gemar pergi ke perpustakaan. Dimulai dari zaman SD, yaaa sampai saya sendiri bingung, buku mana yang belum pernah saya baca? Buku-buku bersampul lusuh, buku-buku cerita yang sudah mulai usang, buku-buku referensi pelajaran dan lainnya. Kebiasaan menjadi pengunjung perpustakaan itupun berlanjut hingga SMP. Tak jarang, saya kena denda karena telat mengembalikan novel sastra lama. Novel tebal dengan gaya bahasa lama, juga novel baru dengan gaya bahasa baru.

Hal yang sama terulang saat saya telah berseragam abu-abu. Yaa, namanya juga anak muda, bacaannya sudah sedikit bergeser. Enggak banyak novel di rak buku SMA, yang ada literatur penunjang materi di sekolah. Alhasil, saya pun jadi kian khusyu’ untuk mendalami materi pelajaran di sekolah. Meskipun terkadang baca majalah-majalah untuk selingan agar berwarna. Dan parahnya, saat itu, karena saya belum tahu tentang hukum zodiak serta ilmu perbintangan. Dulu, saya kerapklai membaca kolom itu. Astagfirullah, semoga Allah ampunkan dosa-dosa ini.

Oh ya, suka juga ikutan kuis di majalah atau koran lokal langganan perpus yang tergeletak di perpus. Namun, tak pernah nama saya tercantum sebagai pemenang dalam kuis itu, hiii.

Saya mengenyam pendidikan SMA di ibu kota kabupaten, sebuah SMA favorit, sebut saja SMA N 1 Sukoharjo. Dan, imbas yang baik saya dapatkan ketika bertemu dengan orang-orang pinter nan rajin. Saya pun jadi rajin banget belajar. Abis sudah buku di perpus sekolah, saya hijrah ke perpustakaan kabupaten yang berlokasi di dekat simpang lima. Sebagai bentuk pelampiasan karena saya tak bisa membeli beberapa buku rujukan dari guru di kelas sih, heee, alhasil baca di perpus umum.

Di perpustakaan umum itu banyak materi pelajaran sekolah yang bisa saya pelajari lebih dalam lagi. Kadang juga singgah di situ lantaran pengen nebeng tempat, karena beberapa jam lagi ada les di alfagama, hihii.

11116657_801187153321873_1400935098_n

Sekarang, setelah saya lulus kuliah di STIS, kemudian menikah. Kalau ada pertanyaan apa kegemaranmu? Biasanya akan saya jawab: menulis, membaca, memasak, berkutat seputaran craft. Semoga Allah ridha dengan semuanya. aamiin

*Untuk sahabat semuanya yang mempunyai banyak keterbatasan untuk bisa membaca, misalnya tak punya cukup uang untuk membeli buku dan lainnya. Jangan putus asa ya! Karena Allah Maha Besar. Dan yuk mari sama-sama mengingatkan untuk senantiasa berlindung kepada Allah, sebelum membaca buku. Agar apa yang kita baca adalah ilmu yang bermanfaat, dan ketika kita membaca hal yang salah, sistem dalam tubuh kita sudah memberikan warning akan hal itu, aamiin.

0

[160] Pulau Saronde


Beberapa bulan yang lalu, saya dan suami diberi kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke salah satu pulau di Provinsi Gorontalo, tepatnya di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), namanya Pulau Saronde. Dari pelabuhan Kwandang Gorut, kami menaiki perahu kecil, namanya Katinting untuk menuju Pulau Saronde. Sepertinya sih, masih ada satu lagi mode transportasi yaitu Taxi Saronde, tapi katanya, sedang ‘tidak beroperasi’. Jadilah kami menaiki Katinting. Ini dia penampakannya. Oh ya, kami membayar 200.000 rupiah untuk pulang-pergi, katanya sih bisa 40an ribu per orang untuk pulang-pergi, kalau ada temennya rame-rame, 1 katinting untuk 10 orang. Tapi karena kami hanya berdua, jadilah seperti perahunya di sewa gitu.

OLYMPUS DIGITAL CAMERAOLYMPUS DIGITAL CAMERA(Tampak Pulau Saronde, foto ini diambil saat perjalanan berangkat, karena ombak cukup tenang, saya masih berani ambil foto sana-sini, cerita ini itu. Saat perjalanan pulang, jangankan mengambil gambar,…)

Di dalam perahu itu, saya banyak berdo’a pada Allah. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya, Alhamdulillah, Allah ingatkan saya kembali akan kematian, dan juga tentang kiamat.

Suasana yang cukup ekstrim waktu itu. Perahunya kecil, seharusnya perahu kecil ini bisa menampung sekitar 10 penumpang. Namun, saat itu hanya saya, suami, dan bapak yang mengendarai perahu, jadilah perahu ini kurang stabil. Saat keberangkatan ombak cukup bersahabat, karena masih pagi. Naaah, saat penyeberangan pulang, masyaaAllah, ombak membuat kami sekejab hemat bicara, tidak ngobrol ini itu, hanya sesekali saya bertanya, “Mas, ini lautnya dangkal kan?”. Selebihnya kami khusyu’ berdzikir kepada Allah. Dan saya baru sadar saat berada di tengah laut lengkap dengan ayunan ombak, di perahu ini tidak terlihat ada pelampung’. Saya tengok ke belakang, nihil. Saya hanya diam, menyimpan pertanyaan itu “nggak ada pelampung ya”. Di atas perahu itu, saya berusaha memutar memori, akan dosa-dosa, khilaf, kemalasan yang masih saja dipelihara, dll. Saya pun sangat bersyukur, Allah memberikan ‘kesempatan’ kepada saya untuk bermuhasabah di atas perahu kecil, di laut ciptaan-Nya, menyeberang kurang lebih 45 menit.

Ingat ayat-ayat dalam Al Qur’an tentang, “bumi yang digulung”, “saat laut dihancurluluhkan sehancur-hancurnya”.

Dibalik hikmah yang kami dapatkan, kami juga disuguhkan Allah dengan panorama Pulau Saronde yang begitu memukau. Laut yang begitu bening, biota laut yang menakjubkan, pasir putih yang mempesona, perpaduan warna langit-air laut-sinar matahari yang begitu elok dan memukau.

Dengan menggunakan kamera seadanya, ini dia salah satu cuplikannya. Lebih indah aslinya daripada foto-fotonya. Bener deh 🙂

10369536_492736670858371_10507055_n(Bening banget kan airnya. Ikan-ikan berlari kesana kemari, dengan indahnya. Oh ya, yang ada beberapa cottage di Pulau ini. Sengaja disediakan untuk para pengunjung yang ingin menginap, melihat sunrise atau sunset. Di foto ini, ada cottage yang berada di atas laut. Tahun 2014, harga menginap untuk 1 malam sekitar 250.000 rupiah, bisa untuk 2 orang, kayaknya sih begitu. Saya juga kurang tahu hehe)

10362179_744182192271230_1756468027_n(Kalau ini cottage yang berada di atas daratan Pulau Saronde)

10449055_1430194383913298_1481062025_n

(dermaga)

925277_1482469848636777_975073389_n(Di bagian tepi Pulau Saronde yang berbatasan dengan air laut, ada yang berupa hamparan pasir putih. Ada juga sebagian yang berupa batu-batu, ada juga yang bati-batu berpasir.)

OLYMPUS DIGITAL CAMERA 10004164_1440300122886875_1418326067_n(tenda ini entah namanya apa, hehe)

Itulah tadi sekelumit cerita kami tentang Pulau Saronde. Karena berbagai keterbatasan kami, kami hanya bisa mengambil foto seadanya. Bagi sahabat yang ingin tahu lebih banyak tentang Pulau Saronde serta melihat postingan teman-teman lain yang lebih amboi bisa via googling, heee. Klik aja di sini.

Semoga bermanfaat 🙂

2

[152] Sate Tuna, Danau Limboto, Tumbilotohe, de el el


Sahabat semuanya, setelah kemarin saya bercerita tentang pantai Olele. Di sini saya akan share sekelumit cerita tentang Gorontalo…

Yuk kita simak liputannya 🙂

1662286_531535146945147_40790498_n(kuda dan bentor)

Kondisi Gorontalo di tahun 2013-2014, dimana kami masih dengan mudah bisa menemui dengan apa yang disebut ‘kuda’ pembawa gerobak yang difungsikan untuk mengangkut barang ataupun orang. Gorontalo yang padat dengan kendaraan bernama ‘bentor’. Apa itu bentor? Bentor adalah kendaraan roda tiga, modifikasi dari sepeda motor. Bentor bisa membawa banyaaak orang. Sayang, saya belum sukses mengambil foto bentor yang ditumpangi oleh 7,8,9,10 bahkan lebih. Yang bisa dikatakan ‘tidak manusiawi’, bagi orang Jawa yang baru melihat fenomena tentang bentor. Kalau sudah terbiasa tinggal di Gorontalo, hal itu menjadi konsumsi ‘hari-hari’. Melihat bentor membawa kasur yang tebal, kursi, almari, dan benda-benda berat lainnya yang tak pernah kami pikirkan sebelumnya, “kok bisa ya”.

Gorontalo yang identik dengan ‘suara musik keras’. Pada awalnya kami terkaget-kaget, mendengar suara musik yang begitu keras, kalau di Jawa layaknya orang lagi ‘hajatan’. Nggak hanya terjadi di rumah-rumah, di motor, di bentor, bahkan di sepeda motor, dan yang bikin geregetan lagi, nggak hanya di siang hari, tapi juga di malam hari. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semuanya. Aamiin.

Gorontalo dengan suasana pasar tradisional yang begitu berbeda dengan pasar tradisional di Jawa. Kalau di Gorontalo, teriakan penjual itu begitu ‘mantab’, bersahutan, bak bersaing sound syste, terutama di tempat penjualan ikan. “Ada Oci, Ada Nike, Lima-lima ribu, Tiga-tiga ribu”. Kami pun sempat menjadi ‘korban’, karena ketidaktahuan kami dengan bahasa di sini. Ketika di pasar ada penjual yang berteriak “Lima-lima ribu”, kami kira artinya adalah jika kita membayar lima ribu, kita akan mendapatkan 5 buah barang yang dijual. Ternyata, artinya 1 buah adalah lima ribu. Tiga-tiga ribu artinya harganya tiga ribu. Dua-dua ribu artinya harganya dua ribu, begitulah teman-teman.

206771586a2311e3b4140afe31fac44b_7

Gorontalo dengan pantai yang serba gratis, nggak seperti di Jawa, hihihi. Pantai yang masih begitu polos, yang belum terkena dampak dari keusilan banyak tangan-tangan manusia.

Inilah sekelumit cerita tentang Gorontalo

10254298_1417228261877138_90894055_nIni adalah pemandangan di Danau Limboto, foto dengan suasana pagi hari, terlihat nelayan sedang berangkat mencari ikan di danau. Ada yang menggunakan pancing, ada yang memakai jaring, dll. Oya, sejak beberapa bulan yang lalu, dan sekarang pun masih berlangsung, ada proses pengerukan danau, jadi semacam tanahnya dikeruk agar tak terlalu dangkal. Karena, kondisi sebelumnya danau ini sangaat dangkal dan banyak enceng gondok, yang berakibat nelayan pun kurang leluasa untuk mencari ikan, bahkan ada yang beralih mata pencaharian.

1599648_1407797472805925_1219837649_nIni adalah pemandangan dari dalam pentadio resort ke danau Limboto, jadi lokasi pentadio resort memang berdekatan dengan Danau Limboto, seperti yang telah saya ceritakan di sini. Jadi air panas alami dari pentadio resort itu juga mengalir ke Danau Limboto, jadi ada bagian danau yang juga mengepul asap. Maha besar Allah.

d592fc447e9811e3bf1e1259de3fdb70_7(sate tuna)

Tentang sate tuna ini, kami beli di area sekitar pantai, dapet informasi dari temen, katanya ada sate ikan tuna di sebuah rumah makan deket pantai. Alhasil kami ke sana, meskipun akhirnya kami kurang suka dengan sate tuna nya, hihihi, mungkin kurang cocok dengan lidah kami.

becd63c805ad11e3b9c722000a9e07b7_7

af5d11b605af11e38c8022000ae912e8_7(Tumbilotohe)

Ramadhan tahun 2013 kemarin, di akhir bulan ramadhan kami melihat banyaaak lampu senthir yang sengaja dinyalakan oleh warga, di sepanjang jalan, di tepian sungai, dan dimana-mana. Gambar di atas adalah tumbilotohe, sahabat semuanya bisa search di google dengan keyword ‘tumbilotohe’ atau klik di sini, in syaaAllah akan ada foto yang lebih indah dan juga informasi yang lebih lengkap. Karena saya juga kurang bisa menjelaskan dengan baik terkait tumbilotohe.

ccd4b61069f811e3bae5122554e9122d_7 Naah, yang ini adalah salah satu foto, saat kami sedang berpetualang di salah satu pantai. Air nya, masih begitu bersih, bahkan saat itu suami saya dengan histerisnya menunjukkan kepada saya seekor pong-pongan, hewan yang dulu sering saya jumpai saat SD. Hewan yang menjadi komoditas perdagangan di area sekolah, dulu saya juga sering membelinya, memeliharanya di rumah, meskipun sering berujung pada kematian sang pong-pongan, barangkali tidak sesuai dengan habitatnya. Semoga Allah ampunkan dosa-dosa hamba.

Saat itu suami saya menjumpai satu pong-pongan, beberapa detik kemudian kami ditakjubkan dengan ciptaan Allah, ternyata banyak sekali pong-pongan yang masih hidup di situ. Maha besar Allah

Itulah sekelumit cerita kami (saya dan suami) tentang bumi Gorontalo. Oya, ada juga cerita tentang ikan nike di sini. Dan masih banyak cerita lainnya, yang membuat kami (orang Jawa Tengah) terkaget-kaget. Allah ciptakan, agar kita saling mengenal 🙂

2

[150] Wisata Bahari Olele (belajar berenang)


Sedari kecil saya tak punya cita-cita untuk bisa berenang, tergambar dalam benak pun, tak pernah. Ditambah lagi, ada satu pengalaman yang kurang baik perihal saya dan air kolam. Ceritanya saya pernah kecebur di perairan yang tidak dangkal, heheee, jadilah saya minum air di kolam itu. Karena saya ‘perempuan’, itu menjadi salah satu alasan bahwa saya tak perlu belajar untuk bisa berenang. Siapa yang ngajarin, trus kalau mau belajar di kolamnya siapa yang sepi, hihihi. Tapiiii, sekarang saya sudah bisa berenang dikit-dikit lho, hehee. Ceritanya berawal dari ajakan suami, “berenang yuk”. Kita simak liputannya yuk*ealaaah, haaaa…

Di sebelah perumahan tempat kami tinggal ada sebuah resort, namanya Pentadio Resort. Namun, karena satu dan lain hal, resort tersebut jadi kurang terawat, hanya beberapa area yang masih rutin dikunjungi, diantaranya kolam renang (air anget, air dingin) sama satu lagi sauna (air anget). Di resort itu memang ada sumber air panas alami, saat pertama kali kami berkunjung, kami terkaget-kaget, sampai-sampai mendokumentasikan kepulan asap dari sumber mata iar panas belerang tersebut. Oya, lokasi resort ini berdekatan dengan sebuah danau, katanya si danau terdangkal di seluruh Indonesia, heeee. Namanya Danau Limboto. Danau yang kaya akan ikan, Maha Besar Allah.

Awalnya saya hanya ingin menjadi penonton setia ketika suami berenang, tapi akhirnya saya memutuskan untuk les berenang, guru les nya ya suami saya, hihihi. Setelah kami melakukan survei memang ada waktu-waktu tertentu dimana kolam renang itu sepiiiiii, hanya kami berdua, hehe.

20140315_070920

Sepi kan? Heeee. Jadi yang di bawah itu adalah kolam yang berbeda suhu, yang satu anget, yang satu lagi tidak terlalu anget/dingin. Kalau yang di atas di gambar nggak kelihatan ya, heee, pokoknya di atas, di seberang gajebo itu ada 1 kolam lagi yang lebih luas, kolam yang dangkal trus lama-lama dalam, kolam renang standart nasional atau apa gitu ya, suami pernah bilang tapi saya lupa, hee.

Pengalaman pertama masuk kolam renang itu……. Kalau ingat jadi malu, hihihi. Jadi ceritanya 2 kolam yang dibawah itu dangkal, tapi yang namanya saya masih takut sama air kolam, alhasil saya teriak-teriak, pegangan suami kuat-kuat, nggak mau jauh-jauh. Padahal airnya cuma sedengkul. Pokoknya saya histeris banget saat les renang hari pertama.

20140315_081642Gambar di atas sengaja di ambil saat les renang di pertemuan ke-sekian, saat saya sudah tak takut lagi masuk kolam renang, alhamdulillah. Dari awalnya yang teriak-teriak lebai, sekarang sudah berteman dengan air kolam.

Setelah saya bisa bersahabat dengan air, beranjak belajar meluncur, kemudian bisa sedikit-sedikit mendayung dengan tangan meskipun masih belepotan, belum terlalu sukses juga untuk mengambil nafas, tapi suami sudah memberikan tiket kepada saya untuk berpindah ke kolam yang lebih dalam. Kolam yang di atas. Alhamdulillah, meskipun belum ada perkembangan yang signifikan, saya masih belum lancar untuk mengambil nafas. Taraaa, ini dia kolamnya, tapi saya masih senang untuk belajar di yang paling dangkal, heee, belum berani ke tengah-tengah.

20140118_093001Pada suatu kesempatan, kami diizinkan Allah untuk berkunjung ke Wisata Bahari Olele. Kalau sahabat semua search di mbah google dengan keyword  “wisata bahari Olele”, masyaAllah, Maha Besar Allah. Wisata Olele terletak di Kabupaten Bone Bolango, Prov. Gorontalo. Tidak terlalu jauh dari pusat kota, jalannya juga mudah dihafal, karena hanya ada 1 jalan utama, heeee. TIbalah kami di Olele…

OLYMPUS DIGITAL CAMERAOLYMPUS DIGITAL CAMERA

4279a038ad8311e3932512151bb97387_7Karena keterbatasan  alat dokumentasi kami, kami belum bisa mendokumentasikan pemandangan yang begitu indah di dalam laut. Dan karena ketidaktahuan kami, kalau ternyata ada fasilitas foto dan boleh menggunakan kamera yang bisa ‘nyemplung’ di laut, fasilitas bersama dengan kapal yang membawa kami ke spot yang ok punya untuk snorkeling. Bertemu dengan ikan ‘nemo’, ikan warna-warni dengan berbagai bentuk, terumbu karang dengan berbagai bentuk dan warnanya. Heeee, kalau di foto yang saya tampilkan di sini memang kurang bisa menggambarkan indahnya di dalam laut sana. Katanya sih, biota lautnya jauh lebih indah dibanding Bunaken. Tapi saya sendiri juga kurang tahu. Bagi sahabat yang penasaran bagaimana keindahan laut Olele, search di google yaak, kalau masih kurang puas, yuk berkunjung ke Olele.

20140316_102039

OLYMPUS DIGITAL CAMERA783c3802acf711e3bf660ec7bb27c1e3_7

Allah Akbar. Les berenangku kali ini sungguh sangat mengesankan. Bersyukur Allah mengizinkan kami untuk melihat indahnya biota laut Olele. Cukup lama dan cukup jauh rute yang kami lewati, kami bertamasya melihat indahnya ciptaan Allah, dari pagi sampai menjelang dhuhur. Alhamdulillah, Allah mengizinkan saya untuk berani snorkeling. Sepanjang snorkeling, sudah tidak bisa lagi saya menghitung berapa kali suami saya mengatakan “pegangan ya Dee, pegangan ya Dee”. Di sela-sela terkagum-kagum dengan ciptaan Allah dengan mengucap syukur, “Alhamdulillah, Maha Besar Allah, ikan di sana warna ungu Dee, terumbu di sana seperti duku Dee”, “Pegangan ya Dee”, beliau terlihat sangat mengkhawatirkan saya, secara saya adalah murid les yang belum lulus renang. Meskipun saat scorkeling kami dibekali dengan baju pelampunng, apalagi saya masih membawa ban pelampung juga sebagai pegangan di tangan, tetap saja ada tantangan ketika melewati rute yang dasar laut nya jaaauuuh karena dalam. Alhamdulillah, pasca snorkeling, kami berdua sangat antusias bercerita tentang ikan dan terumbu karang, bintang laut, dll, karena rute yang dilewati sama, jadi kalau di ajak ngobrol ‘nyambung’, heee. Secara, kami berpegangan tangan berdua saat scorkeling, jadilah pemandangannya similar.

Segala puji bagi Allah, kami pulang dengan selamat dengan membawa berbagai cerita tentang biota laut yang begitu indah, ciptaan Allah.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

0

[144] Surat untuk Ibu,


Seorang anak perempuan yang senantiasa bersemangat untuk menyantap sarapan paginya. Suatu rutinitas yang ia lakukan, sebelum ia pergi ke sekolah. Kalian tahu kenapa? Jika kalian berpikir menu sarapannya seperti di hotel bintang lima, kalian salah. Menu yang tersaji hanya sederhana, bahkan tak jarang hanya itu-tu saja. Nasi hangat dengan tempe goreng, sesekali telur ceplok, sesekali gereh layur (sejenis ikan asin yang terkenal di masa itu), sesekali gereh besek (sejenis ikan pindang yang biasanya dibeli oleh masyarakat menengah ke bawah). Kalau sayur nya sudah matang, ia juga suka sayur. Sayur yang sebagian besar di petik sang ibu dari pekarangannya, sesekali beli sayur mentah di warung.

Semasa ia masih berseragam putih-merah, sang ibu selalu menekankan kalau sarapan pagi itu penting, perut nggak boleh kosong, biar bisa fokus saat belajar di sekolah. “Iya, Bu”, ia rajin pergi ke dapur setiap pagi, menyantap sarapannya di sebuah dingklik (bangku kecil yang biasanya digunakan untuk duduk melantai di dapur). Begitu polosnya wajah sang anak, pikirannya belum sampai untuk sekedar merasakan perjuangan sang ibu yang telah menyiapkan sarapan pagi. Ia hanya tahu, sarapan di dapur lengkap dengan tawa canda bersama sang ibu, menceritakan ini itu, tak jarang sang ayah juga sesekali menyambangi dapur bergabung di tengah keceriaan’

Ia belum pernah berpikir tentang pakaiannya yang selalu dicucikan oleh ibunya setiap hari. Bahkan sampai ia SMA pun, ia belum mencuci pakaiannya sendiri. Di masa itu tidak semua rumah mempunyai sumur, termasuk keluarganya. Yaaa, begitu besar perjuangan ibunya.

Ia belum tahu, apa itu ‘perjuangan’. Yang ia tahu barulah ‘nggambek’, ‘mogok makan’, layaknya seorang anak perempuan pada umumnya.

Ia masih seorang anak yang penurut dengan sarapan paginya. Rutinitas itu berjalan terus, bahkan sampai ia  menginjak jenjang sekolah menengah atas. Kehendak Allah, ia diterima di sebuah sekolah favorit di kabupatennya, dan tentunya semakin banyak tantangan untuk dirinya yang dalam keterbatasan. Saat ada kesempatan untuk pilihan ekstrakulikuler, di saat teman-temannya berbondong-bondong memilih KIR, basket, IT; ia memilih ekstrakulikuler ‘menjahit’. Ia berpikir, kalau tak bisa melanjutkan sekolah, ia ingin menjadi penjahit pakaian…..

Menjelang kelulusan, ia mulai resah. Ayahnya seorang petani kecil. Namun, sang ayah masih terus bersemangat agar ia mau untuk melanjutkan kuliah. Kehendak Allah, ia diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di karisidenannya. Biaya administrasi cukup membuatnya kaget, lagi-lagi sang ayah membayarkannya dengan senyuman lebar. “sudah, pakai saja uangnya, masih ada kok’. Meskipun ia tahu, kalau ayahnya tak punya cukup uang, ia mulai belajar apa itu perjuangan….

Kehendak Allah, ia juga diterima di salah satu sekolah tinggi yang tidak mengharuskan ia untuk membayar, bahkan akan dibayar setiap bulan ‘mendapat uang saku’ katanya, langsung kerja katanya……. Tapi, bagaimana dengan uang ayahnya yang sudah terpakai untuk administrasi di kampus sebelumnya? Lagi-lagi ayahnya, menjawab dengan senyuman. “Tak apa-apa, Nak”…..Mulai dari situlah, Allah mengizinkan keluarganya untuk bergeser dari kemiskinan.

Ia mulai tinggal jauh dari orang tuanya. Ia merantau ke sebuah kota yang jauh dari tanah kelahirannya, untuk berjuang. Rindu orang tua itu pasti, tapi di balik itu semua Allah telah mengatur yang terbaik untuknya. Di tanah rantaunya, ia dipertemukan dengan orang-orang yang senantiasa mengajaknya ke jalan Allah. Di tanah rantau, ia mulai belajar apa itu ‘tiada Tuhan selain Allah’.

….

Teknologi sudah semakin berkembang, ada magicom, kompor gas, dan perangkat dapur lainnya yang serba mudah untuk digunakan. Di situlah ia mulai belajar, belajar untuk memahami perjuangan sang ibu. Kalau sekarang ia bisa memasak nasi hanya dengan mudahnya.

Padahal dahulu, perjuangan sang ibu…

Air yang digunakan untuk memasak sang ibu tidak bisa diambil dari sumur sekitar, karena rasanya asin. Air harus diambil dari tempat yang cukup jauh menggunakan derigen yang dibonceng dengan sepeda onthel. Belum punya sepeda motor saat itu. Warga bilang air yang bisa digunakan untuk memasak itu adalah ‘air anyep’. Air tersebut juga bagus digunakan untuk mencuci pakaian karena busa yang ditimbulkan bisa melimpah. Kok nggak pakai PDAM? Yaaa, PDAM belum masuk ke desa tersebut. Begitu besarnya perjuangan sang ibu dan sang ayah untuk menyiapkan air. Dilanjutkan dengan aktivitas memasak yang menggunakan kayu bakar. Ibu, tak pernah mengeluh ketika memasak, sepanas apapun  suasana dapur saat itu. Ibu tak pernah menceritakan ribetnya memasak dengan kendil, yang kemudian harus di tapung dipindahkan ke dandang. Bahkan, sampai sekarang saat sang anak sudah bisa memasak dengan magicom pun, ibu tak pernah menceritakan kalau dulu untuk memasak nasi harus ribet, ibu tak pernah menceritakan itu semua, ibu……

Ibu tak pernah menceritakan ribetnya proses memasak air, yang dulu sering diminum. Ibu tak pernah bercerita, peluh sang ayah yang capek pasca kerja di sawah, harus pergi mengambil air anyep, barulah air dimasak, barulah bisa diminum. Ibu tak pernah membandingkan kalau sekarang sang anak hanya cukup dengan membeli air galon apabila menyiapkan minum untuk sang ibu. Ibu….

9aecc150868211e39320122adf243e91_7

Ibu, kini anakmu telah menikah. Anak yang engkau besarkan dengan penuh rasa cinta sedari kecil. Belum jua anakmu ini berbakti kepadamu, anakmu sudah mencintai orang lain yang baru saja ia temui dan hidup bersama laki-laki itu dalam ikatan pernikahan.

Ibu, kini jarak terbantang jauh diantara kita, meskipun tulisan di blog ini belum tentu akan terbaca olehmu. Ibu….

Ibu, engkau yang serba bisa dalam mengatur waktu, padahal perjuangan engkau mencuci pakaian sungguh tak bisa dibandingkan dengan diriku saat ini. Engkau yang selalu tersenyum meski pun belum ada sumur. Pantaskan anakmu ini mengeluh, ketika cucian menggunung, padahal semua serba mesin. Engkau yang begitu terampil mengurus pekerjaan rumah dalam keterbatasan peralatan dan kesibukan mengurus sawah. Engkau yang tak pernah telat menyiapkan sarapan untukku, hingga anakmu ini tak pernah kenal apa itu sakit maagh. Pantaskah anakmu ini mengeluh untuk bisa menjadi sepertimu, bisa menyiapkan makanan untuk keluarga, padahal dengan peralatan dan air yang sangat jauh dari saat itu. Ibu, betapa aku sangat mencintaimu…

8

[91] Tadabbur Surah An-Nashr


Alam Raya adalah Al-Qur’an visual,

Al-Qur’an adalah alam dalam bentuk tulisan,

Rosululloh Muhammad SAW adalah Al-Qur’an berjalan,

Itulah rentetan kalimat dari Ust. BN yang selalu indah terpancang dalam ingatan ku. Alhamdulillah, sampai detik ini masih diizinkan-Nya untuk belajar, mentadabburi ayat-ayat Nya.

Bismillah, berikut adalah resume dari tadabbur di kelas Q-Gen Sabtu (5/5/2012), bersama ust. Umar Makka. Salah satu Ustadz favoritku, yang selalu menyulut api semangat untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an.

Q-Gen (baca: Quranic Generation) adalah salah satu divisi Ar-Rahman yang terdiri dari para remaja yang memiliki ghirah terhadap Islam dan senantiasa mentadabburi al-Qur’an. Para anggota Q-Gen biasa disebut Q-Geners. Semoga bermanfaat.

Surah Kemenangan. Terdiri dari 3 ayat, tergolong surah Madaniyyah. Dan sering juga disebut sebagai surah At-Taudi’ yang berarti ‘selamat tinggal’.

Asbabun Nuzul:

Surah An-Nashr diturunkan saat peristiwa pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Kenapa umat Islam di Makkah pada waktu itu disiksa? Karena jumlah mereka masih sedikit.

Ketika surah ini turun, terjadi respon yang sangat berbeda diantara para  sahabat Rosul. Ada yang merespon dengan sangat gembira, tapi ada pula yang sangat sedih.

Umar Ibnu Khatab gembira dan menyambut dengan sukacita atas turunnya surah ini. Umar menangkap bahwa turunnya surah ini sebagai tanda kemenangan yang dijanjikan Allah. Tentang berita genbira akan datangnya kemenangan yang telah dijanjikan Allah, karena setelah sebelumnya umat Islam dihina oleh kaum Quraisy. Umar sangat gembira dikarenakan Umar tahu betul bagaimana penderitaan kaum muslimin sebelumnya, dan Umar tentu sangat senang karena Allah menjanjikan kemenangan akan segera datang.

Beberapa kisah penderitaan umat muslim atas siksaan kafir Quraiys di zaman itu antara lain adalah kisah dari Ammar bin Yasir. Ammar bersama kedua orangtuanya yaitu Yasir ayahnya dan Sumaiyah ibunya disiksa dengan besi demi mempertahankan keimanannya. Mereka bertiga disiksa dengan besi panas yang sebelumnya telah dibakar sampai merah membara, kemudian besi itu dihunuskan ke dalam tubuh mereka. Pada saat itu Rosul tidak bisa berbuat apa-apa, karena belum datang pertolongan Allah (nasrullah). Kisah ini mencetak sejarah bahwa Sumaiyah adalah mujahidah pertama.

Kisah penyiksaan lain dari Bilal bin Rabah yang di siksa di atas padang pasir. Pada mulanya Bilal dipukul, kemudian dia diarak keliling Kota Makkah. Selepas itu Bilal dijemur di atas pasir ditengah panasnya matahari. Padahal suhu di Makkah tergolong panas, buktinya ada sampai sekarang, betapa panasnya kota Makkah itu. Saat itu Bilal disiksa, tidak diberikan makanan dan minuman. Ketika matahari berada tegak diatas kepala dan padang pasir panas membara, Bilal dipakaikan baju besi dan dijemur. Tubuh Bilal disebat dengan cemeti dan dadanya ditindih dengan batu besar. Namun, keimanan Bilal tidak pernah luntur, tapi malah makin bertambah.

Itulah beberapa kisah sahabat yang disiksa oleh kafir Qurays, maka wajar kalau Umar sangat gembira atas turunnya surah ini.Tetapi, ada satu sahabat yang justru malah menangis tersedu-sedu saat surah ini turun. Dialah Abu Bakar Ass-Sidiq. Abu Bakar menangkap pesan lain atas turunnya surah ini. Dibalik pesan gembira akan datangnya kemenangan, ada pesan tersembunyi yaitu agar Rosul banyak beristigfar dan bertasbih. Kenapa begitu? Karena umat manusia telah masuk islam secara berbondong-bondong, itu artinya tidak lama lagi, Rosul akan kembali kepada Allah SWT.

Tadabbur surah An-Nashr, yuk!

1. Idzaa jaa-anashrullaahi wal fath, artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,

2. Wa ra-aitan naasa yadkhuluuna fii diinillaahi afwaajaa, artinya: dan Engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong,

3. Fa sabbih bi hamdi rabbika was taghfirhu innahuu kaana tawwaabaa, artinya: maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Dalam surah tersebut ada tiga janji Allah, yang tersebut dalam ayatnya, yaitu:

  1. An-Nashr: ‘pertolongan’ Allah kepada kaum muslimin dari kafir Quraisy. Spesial dalam surah ini. Kenapa? Walaupun sebelumnya telah ada kemenangan contohnya pada saat perang Badr, perang Uhud, dll tapi saat ini tidak ada Al-Fath. Apa itu Al-Fath?
  2. Al-Fath artinya ‘kemenangan’, yang dimaksud di sini adalah ditaklukkannya kota Makkah. Kenapa kota Makkah menjadi penting di sini? Karena di situ adalah kiblat kita. Coba bayangkan kalau kota Makkah tidak kita bebaskan, betapa sulitnya dan ribetnya dan sulitnya kalau kita hendak menunaikan rukun islam yang kelima.
  3. Yadkhuluu, artinya ‘masuk’. Yang dimaksud di sini adalah masuknya umat manusia berbondong-bondong untuk masuk islam.

Ayat 1: Idzaa artinya apabila, dalam konteks ini yang dimaksud adalah untuk masa depan, atau lebih dikenal dengan “future”.

Jaa-a artinya telah datang, dalam konteks ini yang dimaksud adalah untuk masa lampau, atau lebih dikenal dengan “past

Nasrullah artinya pertolongan Allah

Bagaimana maksudnya ini? Kenapa ada future tense dan ada past tense dalam 1 kalimat. Lebih jelasnya begini, bagaimana penjelasannya ada kata “apabila” dan “telah datang” dalam 1 kalimat? “Apabila-telah datang”. Maksudnya di sini adalah bahwasanya pertolongan Allah itu akan selalu datang. Yaaa, akan selalu datang. So, jangan pernah takut karena pertolongan Allah akan datang, seperti pada kisah sebelum-sebelumnya. Saat perang Badr, perang Uhud, dll. Dan pertolongan Allah akan selalu datang sampai hari kiamat nanti.

Wal fath artinya kemenangan. Seperti penjelasan sebelumnya, specialnya disini adalah ketika Allah janjikan pertolongan, Allah juga janjikan kemenangan, yaitu takluknya kota Makkah.

Ayat 2: Wa ra-aitan naasa, artinya: kamu telah melihat, past tense

yadkhuluuna, artinya: masuk

fii diinillaahi afwaajaa, artinya: ke dalam agama Allah berbondong-bondong

Hingga akhirnya umat manusia berbonding-bonding masuk Islam. Sebenarnya, kapan sih pertolongan Allah itu tiba?

  1. Ketika umat Islam berada di puncak pengorbanan harta dan nyawa
  2. Ketika umat ini beriman dengan iman yang benar
  3. Ketika umat ini melaksanakan amal shaleh
  4. Ketika umat ini memurnikan tauhid dari keruhnya syirik

Yang menjadi pertanyaan di sini, apakah umat Islam sekarang sudah ada pada posisi 4 poin di atas? Kalau belum, mari kita berusaha untuk mewujudkan, agar kemenangan segera tiba, contohnya kemenangan akan Al-Quds, agar umat Islam di Suriah tak lagi di siksa, agar umat Islam

Ayat 3: Fa sabbih bi hamdi rabbika was taghfirhu innahuu kaana tawwaabaa

Fa sabbih, artinya: maka bertasbihlah

Bi hamdi rabbika, artinya: dan memuji Tuhanmu

was taghfirhu, artinya: mohon ampunlah kepada-Nya.

innahuu kaana tawwaabaa, artinya: Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Apa maksudnya disini? Kenapa kita diperintahkan untuk bertasbih, bertahmid, dan beristigfar? Tasbih saja ternyata tidak cukup, tapi kita juga harus bertahmid, yaitu memuji Allah baik ada atau pun tidak adanya nikmat dari-Nya. Di sinilah bedanya syukur vs tahmid. Syukur itu karena ada nikmat, tahmid ‘alhamdulillah’, baik ada atau tanpa nikmat. Kenapa kita juga harus beristigfar? Karena bisa jadi tasbih kita, syukur kita, tahmid kita tidak sesuai atau tidak sepadan dengan nikmat yang telah Allah berikan. Maka dari itu kita harus beristigfar.

So, apa poin penting yang bisa diambil?

  1. Jangan pernah putus asa dengan pertolongan Allah
  2. Jangan lalai dengan nikmat yang Allah berikan, karena bisa jadi nikmat yang Allah berikan adalah bentuk ujian dari Allah (*ini hikmah dari, kenapa Abu Bakar malah menangis tersedu-sedu ketika ada berita akan kemenangan)
  3. Yakinlah, bahwa kita yang sedikit ini mampu menang. Kenapa bisa? Tentulah karena ‘nasrullah’. So, mari berlaku dan berbuat agar nasrullah segera tiba. Hamasah^^.
0

[83] Singgah di Masjid Kubah Mas (Masjid Dian Al Mahri)


Jumat, tertanggal 23 Maret 2012. Tanggal merah. Kantor libur. Hore /. Maen2 dari Jakarta menuju Depok. Dari Otista naik mikrolet 44 ke menuju station Tebet. Naik kereta melewati station Tebet-Cawang-Duren Kalibata-Pasar Minggu Baru-Pasar Minggu-Tanjung Barat-Lenteng Agung-Universitas Pancasila-UI-Pondok Cina-Depok Baru. Stop sampai station Depok Baru. Keluar area station, masuklah ke terminal Depok. Lanjut naik angkot biru nomor 03, agak lama si, bayarnya 3000 rupiah sadja (*harga per 23 maret 2012). Sampai di pertigaan (pertigaan apa yaaa, lupa namanya^^), pindah ganti naik angkot no 102 (*bayarnya 2000 rupiah), daaan sampailah ke depan Masjid Kubah Mas. Semoga rute ini bermanfaat, bagi teman2 yang barangkali berniat dari Otista ke Depok, untuk berkunjung ke salah satu dari 4 masjid yang berkubah Mas di dunia ini^^

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Untuk pertama kalinya. Bersama saudari seperjuanganku “Putri”, tibalah kami di pintu masuk Masjid Dian Al Mahri atau biasa dikenal orang sebagai “Masjid Kubah Mas”. Masjid ini terletak di tepi jalan Raya Meruyung-Cinere Kecamatan Limo, Depok. Dari jalan raya menuju area masjid, kami disuguhi dengan pot-pot bunga yang tertata rapi di kanan kiri jalan. Area pelataran masjid nan luas penuh rerumputan hijau yang bersih dan terawat. Berhias beberapa papan nangkring, tertulis larangan menginjak rumput. Subhanallah. Ada pula petugas kebersihan yang lalu lalang bermain dengan dedaunan yang jatuh.

Masjid dengan 5 kubah, yaitu satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapis emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Jepret-jepret sana sini. Woww, masjid kubah Mas memang menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Tapi sayang sekali, karena aku belum mahir maen jeprat jepret jadi yaaa, plus pakai kamera hp yang seadanya, hasilnya heeee 😀 😀

Masjid nan luas, ada dua akses masuk yang sama-sama luas. Kami berjalan dari pintu utama, lurus, mengambil jalan sebelah kanan masjid, menyusuri sekeliling area masjid. Di sebelah kiri dari kami berjalan, pada bangunan masjid terlihat tulisan pintu masuk untuk laki-laki. Dalam benak, berbisik lirih, Alhamdulillah akses pintu masuk ikhwan dan akhwat terpisah.  Lurus berjalan lagi mengikuti jalan di tepian masjid, sampai batas belakang bangunan masjid, kemudian belok ke kiri (*berarti sekarang posisi kami berada di bagian tampak belakang dari masjid), barulah terbaca pintu masuk untuk wanita. Artinya akses pintu masuk untuk wanita, dari arah shaf paling belakang.

“Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang paling awal.” (Shahih, HR. Muslim )

Melihat tulisan akses masuk untuk wanita, aku dan Putri segera bergegas untuk masuk ke masjid. Tapi, kami berdua ditegur oleh perempuan berhijab hitam rapi yang berada di bawah tenda, tak jauh dari posisi kami. Asumsiku mereka berdua adalah pengurus masjid, mereka memberikan pengarahan bahwa ini hari Jumat, masjid Kubah Mas akan digunakan untuk shalat Jumat. Sehingga, kami diarahkan untuk menuju bangunan yang beratab hijau,  wanita itu menunjukkan arah seberang kanan. Seberang jalan dari posisi kami berdiri yang masih dalam lokasi masjid. Karena area masjid ini memang luas, sehingga ada beberapa bangunan utama.

Area masjid yang lapang. Tempat persinggahan yang beratap hijau ini pun juga luas. Banyak orang-orang masuk lantas istirahat sejenak di bangunan ini sembari menunggu usai shalat jumat.  Tukang foto, penjual souvenir, penjual pop mie, lalu lalang berjuang menawarkan barang dagangannya. Kesana-kemari.

Di sebelah bangunan beratab hijau juga ada bangunan lagi, tempat penjualan souvenir dll, tertulis juga arah menuju toilet putri di sebelahnya. Sehingga memungkinkan untuk wanita ke toilet, ketika area masjid utama tidak boleh dimasuki wanita, contohnya ketika shalat jumat.

Sekitar pukul 10.30 WIB, angin yang menyenangkan, karena banyak pepohonan dan lapangnya area masjid, membuat angin yang bertiup pun membuai. Terlihat beberapa orang dan rombongan sibuk berpose manis untuk berfoto ria dengan background masjid Kubah Mas. Aku duduk dalam bangunan luas beratap hijau, membuka-buka Qur’an, membaca buku untuk persiapan ujian di Utsmani beberapa hari lagi, ini itu, dan akhirnya angin nan  sepoi sukses membuatku tertidur sejenak 😀 😀

Akhirnya sholat jumat pun usai, kami hendak memasuki area masjid utama untuk shalat dhuhur. Sebelum memasuki area masjid, kita dipersilakan untuk menitipkan sandal/sepatu ke tempat penitipan yang berada lorong melalui tangga turun. Terlihat wanita dengan hijab hitam, memberikan pengarahan kepada kami dengan menggunakan microphone, intinya alas kaki dan makanan tidak boleh dibawa masuk ke dalam masjid dan harus dititipkan ke tempat penitipan yang telah disediakan. Berjalan menuruni anak tangga turun, menukarkan sepatu dengan kertas bertulis nomor “123” waktu itu. Lantas, kembali menaiki anak tangga naik, tapi tak sama dengan anak tangga turun tempat kami masuk tadi*semacam berlawanan arah. Keluar dari lorong penitipan dengan menaiki anak tangga, tibalah kami di area masjid utama.

lorong tempat penitipan sandal/sepatu tampak dari atas

Alhamdulillah karena menggunakan kaos kaki, aku tidak merasa panas ketika menapakkan kaki di lantai yang langsung terkena sinar matahari. Terlihat beberapa orang, meloncat-loncat dan berlari-lari kecil karena telapak kakinya panas. Jadi tu, setelah melewati lorong penitipan alas kaki, kami masuk pelataran masjid, nah disitu tak beratap, begitu juga untuk menuju area wudhu. Sehingga karena suasana siang usai shalat jumat, sinar matahari yang bertemu lantai pun menjadi lumayan panas. Alhamdulillah, ketika kita mengikuti syariat Allah dengan menutup aurat, tak terkecuali dengan telapak kaki, membuat kita lebih nyaman dan terjaga.

Usai wudhu, kami memasuki area masjid dalam, terlihat miniatur kakbah yang berada di pelataran dalam masjid. Mungkin ini digunakan untuk manasik haji. Setelah melewati koridor, sampailah ke dalam masjid. Melihat atas disuguhi dengan langit-langit yang berlukis awan-awan putih di langit biru. Kata-katanya si, langit-langit dalam masjid di desaign akan bisa berubah sesuai dengan kondisi cuaca di luar, tapi karena ketika kami berada di situ, suasananya cerah, jadi yang kami liat hanya lukisan awan-awan cerah di dalam masjid. Belum bisa membuktikan apakah benar berubah ketika malam menjadi awan berbintang. Heee

Interior dalam masjid bernuansa kokoh dengan pilar-pilar bernuasa krem yang membuat suasana masjid menjadi tenang dan agung. Berhias juga di langit-langit, lampu dari kuningan berlapis emas dengan berat 2,7 ton garapan ahli dari Italia.

“Allah Akbar”

Aku dan putri menunaikan shalat dhuhur berjamaah di dalam masjid Kubah Mas.