4

[193] Shadow Economy


Saat aku menulis tulisan ini, aku masih juga belum selesai membaca karya Tere Liye yang berjudul ‘PULANG’. Dan aku pun berniat untuk menyelesaikannya. Sebuah buku yang membuatku tertohok, bahkan sejak di awal-awal kisah.

Untitled

Aku dan suami memang gemar membeli novel akhir-akhir ini, entahlah angin apa yang membuat suamiku ikutan candu membaca novel. Bahkan menjadi rekor, beberapa novel yang dibeli, telah tuntas dibaca suami, tapi belum juga terjamah olehku. Juga beberapa novel terjemahan. Sungguh aku sempat bertanya berulang-ulang, “apakah beliau baik-baik saja?”. Termasuk buku berjudul PULANG ini.

 Berkebalikan dengan awal-awal pernikahan, dulu aku lah yang khusyu’ meminta izin suamiku untuk membawa novel ke kasir. Saat itu suamiku terbiasa membaca di sudut ruangan toko buku, membaca tentang arsitek, fotografi atau hal lain yang begitu sulit aku jangkau. TAPI, bekebalikan dengan beberapa kurun waktu terakhir. Beberapa hari yang lalu, aku dan suami main ke toko buku. Seperti biasanya, suamiku menghampiri komputer yang nangkring di dinding, mengetik sesuatu, dan memasang wajah sedikit lesu jika buku yang dinanti-nanti belum jua ada di toko buku ini. Sebagaimana kemarin, suamiku pun menyodorkan 2 judul novel ke arahku meminta pendapat dan tanda setuju, sedang aku hanya menghabiskan waktu untuk membaca judul buku aneka resep masakan. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satu judul pun yang menarik perhatianku, hingga aku tertarik untuk membeli DVD senam hiphop yang nangkring di barisan sebelah rak buku masak-masakan, dengan niat untuk olahraga indoor, demi membakar kalori. Semoga Allah ridha dengan perniagaan kami, aamiin.

Sepulang dari toko buku, aku tertarik untuk sekedar membolak-balik buku yang dipilih suamiku. Hingga akhirnya aku memabca buku PULANG tersebut. Tentu saja suamiku tidak komplain, karena beliau sedang asyik membaca novel yang satu lagi.

Saat aku menulis tulisan ini, aku masih juga belum selesai membaca karya Tere Liye yang berjudul ‘PULANG’. Sebuah buku yang membuatku tertohok, bahkan sejak di awal-awal kisah.

Pengetahuanku memang begitu sempit, apalah yang aku tahu tentang perekonomian, nol besar, aku tak tahu apa-apa. Meskipun dalam setiap tahunnya aku menulis publikasi berkaitan dengan perekonomian salah satu kabupaten. Buku yang memaparkan tentang seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto baik berdasarkan harga nominal, ataupun harga konstan, juga tentang pertumbuhan ekonomi, distribusi perekonomian, indeks implisit serta lajunya, dan aku berusaha untuk menghitung angka-angka itu, hingga angka itupun rilis. Sebuah buku yang terbit dengan nilai serba estimasi, karena begitu sukarnya mendapatkan data-data tersebut di lapangan. Mencoba menghitung dengan metode pendekatan terbaik, mengumpulkan data-data dari berbagai sumber, dan sebagainya. Hingga, aku pun membaca berulang-ulang, ketika Tere Liye mengupas tentang shadow economy di dalam novel PULANG. Hubungan antara PDRB dan shadow economy……..

Karya-karya Tere Liye selalu membuat aku ternganga. Kagum dengan semua pengetahuannya yang ia tuangkan melalui karya-karyanya. Oh ya, aku juga suka banget dengan buku berjudul RINDU karya Tere Liye. Yuk membaca 🙂

0

[191] Liburan ke Makassar


Di penghujung tahun 2015 lalu, kami (aku dan suamiku) memutuskan untuk berlibur. Entah angin apa yang berhembus ke neurit dan dendrit kami, hingga kami berkesimpulan bahwa kami memerlukan refreshing sejenak. Mengingat padatnya kegiatan selama tahun 2015, khususnya dipertengahan tahun, hingga membuat suamiku [sempet] kurus untuk beberapa bilangan waktu. Dan usut punya usut, inilah liburan pertama kami selama kami menikah, maksudnya liburan yang bener-bener harus menginap dan bawa baju ganti, hehehe. Atau bisa dikatakan sebagai honeymoon yang sempat tertunda selama lebih dari 3 tahun.

Setelah berdiskusi panjang lebar, kami memutuskan dengan kilat, bahwa kami akan berlibur ke Makassar. Bermodal nekad, dan mencari informasi via google dengan sangat mendadak. Malam hari packing sembari googling, paginya kami berangkat.

Pagi-pagi sekitar pukul 8 pesawat kami landing di Bandara Sultan Hasanudin. Dan memang telah direncanakan sebelumnya bahwa kami hendak mencicipi Kondro Karebosi yang konon legendaris itu, tapi pas kami tiba si pedagang belum buka, akhirnya kami makan di kios depan Kondro Karebosi. Kami beruntung, kondro bakar yang kami lahap sungguh lezat.

1

kondro karebosi

 

Kami memulainya dari Benteng Routerdam, kemudian berlanjut istirahat di Red Planet hotel, dan sorenya ke Pantai Losari. Menikmati semilir angin di tepi pantai, hingga makan malam di salah satu resto sekitar pantai.

Sesuai rencana sebelumnya, kami berdua sungguh ingin melihat masjid terapung yang ada di area Pantai Losari, memastikan apa benar terapung apa tidak, heheee.

Intinya sih, kami cuma banyak foto-foto, hape suami, hp ku, plus dslr, hehe.

 

 

Hari kedua, awalnya kami berniat pergi ke Tanjung Bira, ke  pantai pasir putih sekaligus melihat langsung pembuatan kapal phinisi. Tapi opsi itu tidak terealisasi mengingat jarak tempuh ke Bira memakan cukup banyak waktu. Sedangkan kami di Makassar hanya 3 hari. Ada juga opsi ke Toraja, tapi agak horor juga melihat mayat-mayat, heee. Opsi lain ke Pulau Samalona, tapi honor juga dengan ombak di bulan-bulan akhir tahun. Akhirnya kami memilih opsi untuk berpetualang ke Taman Nasional Bantimurung.

Alhamdulillah, bersyukur bisa sampai ke Bantimurung, melihat kuasa Allah. Ada banyak kupu-kupu di sana, dan aku heboh banget pas lihat kupu-kupu hahaaa. Minta difoto dengan berbagai gaya haaa. Selain itu udara di sana juga nyaman, ada air terjun, dan gua yang sungguh luas dan panjang. Kami pun menyempatkan untuk masuk ke gua itu, sungguh gelap, dan di dalam gua aku jadi teringat pesan dari Ustadz, “di gua itu gelap, sungguh gelap, tak ada cahaya matahari yang bisa masuk ke dalam gua, berjalan pun tak tentu arah nabrak sana-nabrak sini ketika kita berjalan dalam gua tanpa cahaya penerangan. Ibarat ketika kita menjalani hidup di dunia, semua gelap ketika kita tak mendapat cahaya yaitu petunjuk dari AL Qur’an.”

 

Malamnya kami mencicipi Palubasa Srigala yang konon terkenal enak dari googling, dan ternyata aku kurang suka dengan palubasanya heee

Dan di hari ke tiga, pagi-pagi kami pergi ke pantai Losari *lagi, berlanjut ke trans studio hingga sore. Malamnya mencoba makan mi titie yang aku kira enak karna punya banyak cabang…heee ternyata kurang pas di lidah kami, harga dan porsi yang tidak jelas.

14

mi titi

11

palubasa srigala

Oh ya, sepanjang kami di Makassar, kami stay di red planet hotel. Alhamdulillah cukup nyaman dengan harga yang waktu itu nyaman di kantong karena kami mendapat diskon dari travel…

12

15

Heee…itulah catatan ringkas dari traveling kami. Mohon maaf kalau ngalor ngidul hehe…

Ohya, kami juga sempat mencoba naik damri saat keluar bandara, salah satu alternatif lain selain naik taxi. Kami juga mencoba busway nya makassar. Intinya sih seru.

Semoga Allah ridha dengan tafakkur kami. Aamiin.