0

[67] Visi Hidup Muslim?


“Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk syurga?”

Itulah contoh visi orang yang tak berilmu.  Tak visioner. Maunya happy ending, tapi salah pilih jalan. Kalau dia untung, syurga dunia [mungkin] dapet, tapi tak sampai di syurga akhirat.

Lemahnya manusia. Untuk menyusun visi sampai berpikir jungkir balik. Misalnya, ingin menentukan visi perusahaan X, rapat dulu ke puncak beberapa hari guna mendapatkan kalimat yang pas terkait visi. Berdiskusi ini itu, “kayaknya bagusan gak ada kata ‘dan’ nya deh, bagusan pke akhiran –i atau –kan ya?, bagusan pakai kata penghubung ‘serta’ deh”. Menyusun kata-kata untuk visi ternyata rumit. Butuh pemikiran. Begitulah manusia, penuh keterbatasan. InsyaAllah, ketika sesuatu didasari dengan niat yang baik, diputuskan atas dasar rumusan syuro’ [baca : musyawarah], serta untuk tujuan yang baik akan menghasilkan buah perjuangan yang manis.

Namun, ingat saudaraku, visi itu bukanlah membangun sebuah mimpi penuh kata-kata yang tidak pernah ada dalam dunia nyata. Tetapi, visi itu canangan masa depan, menancap dalam benak, tumbuh menjadi keyakinan, ditransfer ke seluruh sel tubuh, sehingga semua struktur/mistik tubuh beserta sel DNA pun mengikuti apa yang tercanang dalam otak. Karena di dalam otak ada ilmu. Visi orang mukmin haruslah visi yang berdasar atas ilmu lengkap penuh hikmah dalam hati. Karena ilmu itu di otak, dan hikmah itu di hati.

Visi itu bukan untuk coba-coba. Karena hidup hanya sekali, untuk bekal kehidupan yang abadi. Canangkan sesuai apa yang kita niatkan. Jika visi kita tepat, pasti akan ada dentuman besar. Innamal a’malu biniat.

So, apa sebenarnya visi hidup muslim ?

Karena Allah telah canangkan visi kita, iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in”.

“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan”

Karena hak Allah adalah disembah, dan hak hamba adalah mendapat pertolongan Allah. Apasi hak asasi manusia?? Bukankah yang lebih tepat itu kewajiban asasi manusia?? Mana yang Allah ciptakan lebih dulu, manusia atau fasilitas untuk manusia?? Fasilitas kan? Alam lebih dulu ada daripada manusia. Jadi pada dasarnya hak kita telah Allah penuhi lebih dulu sebelum kita ada. Iya kan? Jadi yang benar hak asasi manusia tau kewajiban asasi manusia?

Ketika kita bangun tidur, hak kita telah dicukupkan Allah. Bisa melihat indahnya dunia. Tanpa ada komando dari kita, mata bisa melihat jutaan warna. Bronkus, bronkiolus suka cita menyambut Oksigen tanpa ada maklumat. Dan nikmat beruntun dan tak hingga lainnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?

Mari fokus pada visi sebagai seorang muslim. Jangan sampai hafal dan melangkah sungguh-sungguh untuk visi perusahaan dan pekerjaan kita, tapi kita lupa akan visi hidup kita sebagai seorang muslim. Ibadah dan dakwah. Ibadah untuk menjumpakan diri dengan Allah. Dakwah mengajak orang lain untuk berjumpa dengan Allah. So, jangan kerjakan perbuatan yang tidak memperjumpakan kita dengan Allah. Bekerja untuk mencari magfirah (ampunan) dan kasih sayang Allah, bukan untuk materi. Karena materi itu bak fatamorgana di tengah oase. Jangan sampai, dalam diri kita tertanam kebenaran-kebenaran empiris yang menganggap kesesatan menjadi fakta karena terus menerus berulang masuk dalam keseharian kita. Karena kebenaran adalah…kebenaran adalah…kebenaran adalah apa yang ditetapkan Allah dan Rosulnya dalam Al-Qur’an dan As Sunnah walau tidak memuaskan nalar.

—-potongan catatan ngaji bersama Ust. Bachtiar Nasir, 29 Desember 2011—-

 

 

0

[66] Catatan tadabbur, Kamis 22 Oktober 2011


Adilkah Allah ketika makanan utama kucing adalah ikan? Ikan hidup di air, sedangkan kucing takut air?

Adilkah Allah ketika nyamuk menjadi makanan utama cicak? Nyamuk kecil terbang kesana kemari, sedangkan cicak hanya merayap?

Adilkah itu? Seolah makhluk dipersulit untuk mendapatkan makanannya. Kenapa kucing tak punya sirip agar mereka bisa leluasa menangkap ikan? Kenapa cicak tak punya sayap dan mampukan ia terbang untuk memburu nyamuk? Kenapa ? Kenapa? Jawabannya semua kita kembalikan kepada Allah.

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS : Luqman : 26)

Sahabat, pernahkah kita berpikir tentang nasib rumput-rumput kecil yang hidup di pedalaman hutan? Di atas mereka, tumbuh banyak pohon-pohon besar. Padahal kita tau, rumput-rumput kecil itu juga perlu sinar matahari dalam proses fotosintesis. Bagaimana bisa sinar matahari masuk memberi cahaya rumput kecil, sedang pohon-pohon yang besar yang rimbun bertumpuk-tumpuk menghalangi mereka.

Karena Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Allah lengkapi hutan itu dengan monyet-monyet yang bergelantungan kesana kemari di dahan-dahan. Dari situlah celah itu ada, sehingga tusukan sang mentari bisa menembus rimbunnya pepohonan agar sinar mentari bisa sampai ke rumput. Subhanallah. Seiya sekata dengan nasib kucing dan cicak, Allah telah berikan jalan agar mereka mampu mempertahankan diri. Kucing tak punya sirip, tapi ikan pemberian manusia pun jadi. Cicak tak punya sayap, sehingga nyamuk pun tak habis lenyap, akibatnya perusahaan obat nyamuk pun muncul untuk memberi lapangan pekerjaan bagi manusia^^. Dan masih banyak rahasia Allah lainnya. Subhanallah. Karena Allah Maha Kuasa.

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS: Luqman: 27)

Karena Allah Maha Adil, Dia memberi apa yang makhluknya perlu. Dia memberi apa yang makhluk butuh, bukan apa yang makhluk mau. Karena Allah Maha Tahu, Dia tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.

Tadabbur surat Al-Baqarah ayat 37:

Tentang syurga dan neraka, tentang dosa dan pahala, tentang taubat dan maksiat, semua mengalir dengan keadilan Allah. Bagaimana dengan maksiatku kemarin? Bagaimana dengan dosa-dosaku terdahulu? Akankah terampuni dalam keadilan Allah? Masih bisakah aku menjadi manusia yang dekat dengan agama? Masa lalu ku gelap, akankah Allah sudi mengampuniku? Jawabnya: “Ya”, karena Allah At-Tawwab, Allah Yang Maha Penerima Taubat. Meskipun kita telah berulang-ulang melakukan maksiat, Allah tetap Maha Pengampun selama kita masih hidup di dunia.

Bagaimana dengan taubat seseorang yang melakukan maksiat, tetapi sebelumnya dia telah berniat untuk bertaubat. Contohnya, aku ingin mencuri, tapi ia berniat setelah menjadi pencuri ulung dan merasa kaya raya, ia akan taubat. Asyik bukan? Maksiat dulu, baru taubat?? Allah memang akan tetap mengampuni. Tetapi Sahabat, ingatlah bahwa Allah–lah yang memberi kehidupan pada kita. Tak ada yang tau kapan nyawa ini diambil oleh-Nya. Suatu ketika kehidupan di dunia ini akan berakhir dan masuk ke dunia akhirat yang kekal. Bahkan kita pun tak tau, satu menit dari sekarang, apakah kita masih hidup? Tidak ada yang menjamin. So, pantaskah kita menunda taubat?? Mari bergegas kembali pada Allah. “As soon as possible”

Ketika kita dimampukan untuk berdo’a, sesungguhnya Allah telah memberikan kita jawabannya. Sama halnya ketika kita dimampukan untuk bertaubat, berarti Allah telah berikan ampunan kepada kita. Karena untuk bisa sampai pada fase taubat, tentulah sebelumnya kita telah menyadari dan menyesali akan kesalahan yang telah kita lakukan. Ingatkah, kapan trakir kali kita bertaubat? Kapan trakir kali kita mohon ampun kepada Allah, atas kelalaian kita mengotori raga yang Allah berikan ini untuk maksiat? Ingatkah, kapan trakir kali kita menangis di hadapan-Nya? Padahal dalam setiap butir air mata penyesalan kita ada ampunan-Nya. Dia Maha Penerima Taubat.

Sahabat, mari kita bertamasya sejenak. Bayangkan diri Anda menjadi seorang istri. Suatu hari suami Anda melakukan kesalahan. Dengan mata kepala Anda sendiri, Anda melihat sms mesra suami Anda dengan wanita lain. Kemudian suami Anda minta maaf. Apakah Anda mau memaafkan??? Yaa, anggap saja ceritanya Anda mau memaafkan. Tetapi, belum genap 1 bulan, Anda melihat suami Anda melakukan kesalahan lagi, anggap saja telepon mesra dengan wanita lain, kemudian suami Anda minta maaf kembali kepada Anda. Pertanyaannya, apakah Anda mau memaafkan??? Jika itu berulang-ulang kali terjadi, apakah mudah bagi Anda untuk memaafkan???

Kita manusia memang lemah, sedangkan Allah Maha Perkasa. Allah Maha Berulang-ulang menerima kembali hamba-Nya yang sebelumnya telah berbuat maksiat. Karena Dia Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Ingatkah kisah Adam dan Hawa yang keluarkan dari syurga Allah?? ( ada pada QS-Al-Baqarah ayat 36). Ketika Adam dan Hawa menyesal karena telah melanggar larangan Allah, Allah mengajarkan kalimat taubat pada keduanya.

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS: Al-Baqarah: 37)

Tafsir QS: A-Baqarah 37 dengan Al-Qur’an:

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Al-Araf: 23 )

Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS : At-Taubah: 104)

Mari segera bertaubat. Perbanyak istigfar, karena Rosul pun melakukan taubat 70 kali dan istigfar minimal 100 kali dalam sehari. Dengan banyak istigfar insyaAllah, hati menjadi lebih tenang. Ketika dalam kondisi terancam, istigfarlah, ketika kita dalam keadaan kesulitan dan disudutkan akibat kesalahan-kesalahan kita di dunia, istigfarlah. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan orang yang merugi karena enggan untuk bertaubat seperti yang tersebut dalam surat Al-Araf ayat 23. Juga, bersedekahlah, karena sedekah dapat menghapus dosa, juga Allah akan menutup aib-aib kita, seperti tersebut dalam surat At-Taubah ayat 104. Karena Allah Ar-rahim, Allah Maha Penyayang pada umatnya yang beriman. Bergegas kembali kepada Allah, agar timbangan amal kebaikan kita berat  ketika di alam selanjutnya nanti, dan memasukkan kita dalam syurga-Nya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dimasukkan dalam syurga Allah, ketika makhluk kematian itu telah disembelih. Karena dalam kehidupan di dunia ini ada makhluk bernama kematian dan makhluk kehidupan. Ketika di akhirat nanti, makhluk kematian itu disembelih, sehingga hanya ada makhluk kehidupan, artinya di akhiratlah kehidupan yang kekal abadi.

2

[65] Laa Taghdhab (Janganlah Marah)


Sahabat, pernahkah kita merasa jengkel pada anak kecil?? Jengkel karna ulahnya, kesel atas polahnya, gemes terhadap kenakalannya?? Atau bahkan pengeeen marah kalau liat anak kecil yang mulai ngeselin.  Upssss, tunggu dulu kawan, jangan sampai kita marah bukan pada tempatnya ya. Semalem liat sekilas acara da’i muda di antv, salah satu peserta da’i ikhwan menyebutkan salah satu dari hadist Arba’in terkait tentang marah…

Abu Hurairah ra menerangkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Berilah aku wasiat”. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Laa Taghdhab” (Janganlah marah). Lalu ia minta wasiat lagi sampai beberapa kali. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Laa Taghdhab” (Janganlah marah). [Imam Bukhari]

Sahabat, marah bukanlah solusi yang tepat untuk bersahabat, terlebih pada anak-anak. Apalagi marah-marah yang overdosis dan mulai main fisik pada si kecil. Bisa-bisa si kecil akan menganggap kita seorang monster yang suka main cubit atau pukul, hee.

Mari sejenak kita berjalan-jalan ke dunia indah mereka, dunia anak-anak. Polos. Sering buta dalam banyak hal, efek dari jam terbang yang masih minim, alhasil si kecil sering didakwa telah melakukan tindak kesalahan versi orang dewasa. Padahal bisa jadi itu asli karena ketidaktauan mereka, bukan rekayasa. Barangkali maksud si kecil adalah baik, tapi ternyata tidak sesuai dengan aturan orang dewasa. Naah, apakah si kecil yang salah??? Mereka hanya ingin mencoba melakukan sesuatu, tapi belum tau seutuhnya terkait dengan prosedurnya. Mereka ingin mencoba dan belajar, mempraktekkan apa yang dilihat atau pun yang didengar. Bagi mereka itu sungguh menarik. Mencoba ini itu dan meniru. So, yang mereka butuhkan adalah nasehat dengan penuh kasih sayang, bukan bentakan atau pun kata-kata kasar dari seorang monster. Karena mereka ingin belajar untuk tau dan mengerti…

Anak-anak itu hebat, fantastic, mengimajinasikan sesuatu lebiiih dari yang kita bayangkan. Pikiran mereka lincah berkreasi. Menari lepas dalam imajinasi. So, kenalkan, ceritakan, perlihatkan, dan contohkan hal2 yang baik pada mereka. Karena mereka cenderung akan meniru apa2 yang ada di sekitarnya. Pernahkah kita liat seorang anak kecil sedang asyik corat-coret menggambar rumah di atas kertas mereka. Mungkin yang kita liat hanya lah gambar seongkrok rumah, tapi bisa jadi bagi mereka gambar itu adalah istana Nabi Sulaiman, istana licin yang terbuat dari kaca. Istana megah sebagai bukti kekuasaan Allah. “(Setelah itu) dikatakan kepadanya: ‘Dipersilakan masuk ke dalam istana ini.’ Maka ketika ia melihatnya, disangkanya halaman istana itu sebuah kolam air, serta dia pun menyingsingkan pakaian dari dua betisnya. Nabi Sulaiman berkata: ‘Sebenarnya ini adalah sebuah istana yang diperbuat licin berkilat dari kaca’. (Mendengar yang demikian), Balqis berdoa: ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri dan (sekarang aku menegaskan bahawa) aku berserah diri memeluk Islam bersama-sama Nabi Sulaiman, kepada Allah Tuhan sekalian alam’.” (QS An Naml ayat 44)

Anak kecil itu dengan fasih menjelaskan pada ayahnya, “Ayah, liatlah gambar Faiq. Ini adalah istana Nabi Sulaiman—Haikal Sulaiman—Kuil Sulaiman. Lihatlah Yah, ada banyak benda berharga yang menakjubkan dalam istana ini Yah. Istana yang membuat Ratu Saba’ gigit jari Yah. Tapi Yah, aku sedih dan sangat sedih Yah, kata bu Guru, sekarang istana yang megah itu tinggallah tembok dan menjadi tembok ratapan orang-orang Yahudi Yah.”

Atau barangkali kita liat mereka sedang bermain2 membuat perahu mainan dari kertas. Dan pernahkah kita bertanya kepada mereka, perahu apakah itu Dek?? Jawaban mereka pasti sangat mengagumkan, bervariasi dari anak satu ke anak yang lain. “Ini adalah perahu Nabi Nuh yang dasyat, Kak. Perahu hebat yang membawa ribuan pasang hewan, dan manusia yang beriman Kak. Perahu yang menjadi pahlawan saat banjir besar, Kak. Perahu yang menyelamatkan orang-orang yang patuh pada perintah Allah, Kak. Lihatlah Kak, di sisi kiri ada gambar orang yang tenggelam. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak patuh pada Rosul Kak, tidak menaati seruan yang benar. Bahkan sebelumnya mereka mengolok-olok Nabi Nuh. Ngapain buat perahu?? Adek mau jadi anak penurut Kak, patuh pada perintah Allah, meski kadang adek belum tau artinya Kak. Kenapa shalat Subuh 2 rekaat, shalat Isya’ 4 rekaat. Tapi adek yakin Kak, Allah kita selalu benar. Iya kan, Kak??”

MasyaAllah. Betapa indahnya jawaban dari mulut mungil adek tadi. So, sering2 lah berkisah yang bermanfaat pada mereka, karena mereka cenderung gemar dengan cerita^^. Dan masih banyak hal lain yang indah, unik, dan dasyat ada pada mereka. Karena mereka begitu istimewa^^

Nasehat sederhana: mulailah berkomunikasi dan berperan sebagai teman pada si kecil. Biarkan mereka bercerita sampai usai, dengarkan dengan penuh perhatian, karena banyak hal yang bisa kita pelajari dari itu, bisa tau tentang apa sebenarnya yang mereka harapkan. Tentang tanggung jawab, berilah contoh dan ajarkan kebiasaan untuk mengambil dan meletakkan mainannya sendiri. Biasakan mereka untuk mengucap, “Bismillah” ketika ingin memulai sesuatu, “Alhamdulillah” ketika selesai melakukan sesuatu, “Terimakasih” jika mendapat sesuatu dan “maaf” jika salah. Namun, jika anak sudah melakukan tindak kesalahan besar dan ada unsure kesengajaan, janganlah engkau hardik mereka dengan jurus monster, tetapi berilah dia hukuman yang setimpal. Hukuman yang mendidik dan bermanfaat. So, Laa Taghdhab