[174] Mencintaimu Dalam Diam


Saat ini aku mengalami persoalan yang menurutku lebih sulit dibandingkan menyelesaikan persamaan kuadrat atau pun cacing-cacing limit itu. Karena, semua logika matematika bisa ku babat habis saat ujian kelulusan SMA dua tahun silam, tentunya atas izin Allah.
Namun, kali ini aku menemui persoalan yang lebih sulit dari ujian Statistik Matematik dengan berbagai teori rumitnya itu. Soal-soal Statistik Matematik dengan berbagai rumus gila nya, cukup membuat aku keriting. Jujur, aku pernah jungkir balik untuk sekedar memahami rumus di buku tebal berbahasa asing itu. Hingga akhirnya aku pun lulus dengan nilai yang  tak begitu layak. Sembilan. Tapi terbalik. Yaa, enam. Di semester tiga saat kuliah kemarin.
 Namun, sekarang, ada yang lebih rumit lagi dibanding itu semua. Dan sampai saat ini aku belum bisa menyelesaikannya. Perkara ‘hati’.
Jujur, aku pernah menjadi secret admirer. Menjadi perempuan yang begitu alay. Memandang segala tindak tanduk laki-laki berambut ala iklan sampo itu dari kejauhan. Mantengin statusnya di sosial media, yang sejujurnya, jarang banget status itu di update. Tak taukah ia disana bahwa aku begitu menanti update-tan statusnya? Yaaa, menurut hipotesaku, dia memang tipe yang tak terlalu heboh dengan gemerlap sosmed, yang bahkan saat itu sosmed menjadi oksigen bagi remaja kebanyakan. Tapi pemuda itu memilih untuk ‘berbeda’. Ia melakukan hal yang lebih produktif dibandingkan dengan penggila smartphone.
Jujur, aku menikmati rutinitas baruku sebagai petugas monitoring akun sosmed nya. Bahkan aku sering cengar-cengir nggak karuan karena membaca sesuatu di monitor. Kadang aku juga merasa sebel bercampur cemburu ketika ada perempuan lain yang terlihat berkomunikasi dengannya di sosmed. Aneh memang, tak ada hak atasku untuk meletakkan secuil rasa cemburu kepada laki-laki yang bukan siapa-siapaku.
Namun, aku masih saja kalap. Seolah, aku pun tak mau terlewat barang sepatah kata pun dari status yang ia tulis. Laki-laki kelahiran Banyumas itu telah sukses mencuri hatiku dengan berbagai bentuk keshalihan yang melekat pada dirinya.
Aktivitas menjadi petugas monitoring itu berjalan kurang lebih satu tahun. Aku begitu detail. Bahkan bisa dibilang aku lebih jeli dari bos besar yang sedang mengintai aktivitas pegawainya. Lebih  teliti dibandingkan seorang akuntan ketika merekap laporan keuangan.
Hmmmm, aku hanya bisa menghala nafas panjang untuk kemudian banyak berdzikir kepada Allah. Dengan sekuat tenaga aku meminta perlindungan kepada Dzat Yang Maha Suci.
Alhamdulillah. pertolongan Allah memang tak pernah telat. Ada sebuah titik balik yang membuat aku berputar seratus delapan puluh derajat. Tentunya dengan proses yang tidak singkat.
Ada rutinitas lain yang lebih menyenangkan dibandingkan menjadi secret admirer laki-laki shaleh itu.
Ada aktivitas yang lebih membuat hati ini tenteram dan nyaman.
Allah berkehendak, hingga akhirnya aku bergabung bersama para pejuang dakwah. Melakukan berbagai kegiatan sosial yang membuat hariku senantiasa berwarna. Berkenalan dengan orang-orang hebat yang begitu visioner. Berjuang untuk islam, bukan untuk jabatan atau pun posisi. Yaa, mulai saat itu aku menikmati hidup dengan penuh semangat juang, dengan tak hanya berpangku tangan. Benar adanya, hatiku menjadi kian khusyu’ untuk menegakkan agama Allah. Aku begitu bersemangat untuk senantiasa berdo’a pada Allah, agar ketika Allah cabut nyawa ini, aku berada dalam kondisi keimanan tertinggi dalam siklus kehidupanku.
Karena bagaimana cara kita hidup, begitulah cara kita mati. Bagaimana cara kita mati, begitulah cara kita nanti dibangkitkan. Dan bagaimana cara kita dibangkitkan, begitulan gambaran kehidupan kita diakhirat kelak.
Akhir-akhir ini, aku menjadi kian bersemangat untuk mendirikan shalat di sepertiga malam. Memohon ampunan kepada Allah, atas semua goresan tinta kelam yang pernah aku ukir dalam buku kehidupanku. Maha Besar Allah, sejak diriku begitu bersemangat untuk mengatur aktivitas malam ku dengan beribadah, Allah jua mudahkan segala urusanku di kala siang. Ya Rabb, mudahkan hamba yang begitu hina dina dihadapan-Mu, agar bisa meraih ridha-Mu dan jauhkanlah  hamba-Mu ini dari siksa api neraka. Ya Rabb, izinkan hamba untuk senantiasa mengingat-Mu dan menghujamkan rasa cinta kepada-Mu di setiap waktu, termasuk dalam diamku.
*pojok hati anak remaja

Tinggalkan komentar