Tentang dunia fotografi yang begitu asing bagiku. Eee tapi suka banget kalau disuruh mantengin poto-poto yg kece-kece. Poto masakan yang terlihat begitu transparan rasa lezatnya. Poto pemandangan yang apik tentang kuasa Allah dan alam semesta. Poto produk handmade juga poto produk lainnya yang terlihat elegan dan menggoda mata kala melihatnya. Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan mata ini untuk melihat rupa-rupa pesona yang ditimbulkan oleh pantulan berbagai jenis cahaya. Semoga mata ini senantiasa diberikan hikmah sehingga melihat sesuatu yang bisa menambah pemberat amalan baik kelak. Aamiin.
Sepulang dari Jakarta beberapa hari yang lalu, suamiku membawakan oleh-oleh yang membuat diriku bertanya-tanya. Mas udah beli kameranya? Katanya uangnya belum cukup? Mas belinya dimana? Harganya berapa? Ini kamera gimana cara pakainya?
Seperti biasanya beliau seringkali mencoba memberikan kejutan baik. Alhasil aku mencoba beberapa kali jepret dengan gaya tanganku yang masih begitu kaku saat pegang kamera. Sebuah penuturan jujur dari suamiku. Ada rasa ingin bisa. Tapi kok ya begitu gapteknya diriku. Hampir semua fungsi di dalam kamera tak ada satupun yang aku mengerti. Setelah diberi kuliah beberapa menit sama suami yaa ngerti dikit. Diminta baca bukunya dulu biar nggak gaptek-gaptek amat, juga kurang nafsu, heee. Minta doanya kepada sahabat semuanya, semoga nanti dimudahkan sama Allah. Aamiin.
Sebenarnya keinginan beliau ingin membeli kamera udah lama ada. Secara beliau hobi sama dunia fotografi. Namun, aku sendiri yang suka bilang ‘nggak usah dulu ya, belum terlalu penting, Rosul kan nggak ngajarin kita untuk boros terutama untuk hal yang tidak penting.’
Yaaa, akhirnya kami selalu menundanya. Karena bagiku, harga kamera itu tidaklah sedikit. Masih banyak posting lain yang sekiranya lebih penting. Sebagai menteri keuangan jelaslah aku yang menang dalam urusan neraca rumah tangga kami, menepiskan segala keterangan lanjutan dari suami tentang dslr. Ya tentu beliau menerima argumenku dengan lapang dada. Secara aku membacakan buku Sirah para Sahabat Rosulullah. Sebut saja Abdurahman bin Auf, seorang kaya raya yang mendermakan kekayaannya untuk kepentingan islam. Sedangkan diri ini? Jauh dari kaya raya, tapi semoga Allah izinkan kita semua untuk bersikap dermawan. Aamiin.
Hingga tibalah kami di sebuah pekerjaan yang memang memerlukan dslr sebagai pendukungnya. Alhamdulillah, Allah izinkan diri ini untuk memulai usaha berbau craft dan handmade. Dimana peran fotografi dalam dunia promosi online diperlukan. Setidaknya bisa memunculkan gambar yang nyaris sama dengan aslinya. Bismillah. Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak dari Allah.
Semoga Allah kabulkan keinginan baik kami, semoga Allah ridha, dan menjadi salah satu jalan untuk bisa menjadi pedagang yang sukses seperti Rosulullah, juga Khadijah.
Doakan kami ya sahabat semuanya. Semoga hasil jepretannya nanti apik. Nantikan kami bersama produk kami bersama Canon Eos700D. Kalau Allah sampaikan usia kita semua.
Penampakannya menyusul in syaaAllah.
//