Saudariku, masing-masing dari kita pasti punya kisah tersendiri terkait ‘diri ini dan jilbab’. Barangkali diantara kita ada yang awalnya merasa dipaksa untuk berjilbab. Dipaksa orang tua, dipaksa kakak atau dipaksa aturan karena menjadi tuntutan sekolah yang berbasis Islam. Paksaan yang membuat berang, alhasil memakai jilbab hanya setengah hati. Fisik iya, kalbu tidak. Ujung-ujungnya hanya memakai kain penutup kepala alakadarnya. Baju yang hanya membalut, tapi belum menutupi. MasyaAllah, betapa indahnya ketika Allah menghendaki rasa ‘terpaksa’ itu lambat laun luntur hingga menjelma menjadi perasaan ikhlas karena-Nya untuk jilbab. Ketika kita tau betapa Allah sangat memuliakan perempuan.
Barangkali ada yang punya kisah lain. Merasa musibah, berujung berkah. Perempuan berambut indah mengalami musibah kecelakaan sehingga merusak penampilan di bagian kepala atau rambut. “Aduh giman ni?” Hingga akhirnya jilbab menjadi pilihan solusinya. Niat hati berjilbab untuk menutupi kerusakan pada kepalanya, hingga akhirnya pada suatu titik perempuan itu bersujud. Bersyukur pada Allah ketika ia tau sakitnya kecelakaan tak ada seberapanya dengan sakitnya azab Allah. Alhamdulillah, sekarang saya telah berjilbab rapi dan tidak ketat.
Atau mungkin ada yang punya cerita, berawal dari banyak membaca buku agama hingga akhirnya terketuk hatinya untuk berjilbab karena ingin melaksanakan perintah Allah. MasyaAllah. Atau malah ada yang sejak kecil memang lahir di tengah keluarga yang berjilbab, mendapat asupan islami, sehingga tak terlalu banyak kendala hingga dewasa ia memantapkan hati untuk berjilbab. Alhamdulillah, saya telah banyak berubah dari sebelumnya berjilbab pendek hingga sekarang berjilbab ‘gede’, berpakaian longgar dan berkaus kaki.
Atau ada yang hingga saat ini masih memantapkan hati untuk berjilbab? Jangan pernah ragu saudariku. Yakinlah saudariku, bahwa sesuatu yang telah Allah wajibkan bagi kita pastilah terbaik untuk kita. Sepandai-pandainya manusia, pasti ia punya salah. Karena yang tidak pernah salah hanyalah Allah. Beberapa bukti sains juga telah menguak bahwa dengan berjilbab kita lebih terlindung dari sinar UV yang merupakan penyebab kanker kulit, karena kulit kita lebih tertutup. Terlindung juga dari debu kotor. Rambut pun lebih sehat karena tidak secara langsung terkena sinar matahari. Kuku-kuku kaki pun lebih bersih karena berkaus kaki, tidak banyak tanah-tanah yang nyelip di pinggiran kuku. MasyaAllah.
Itu adalah beberapa manfaat berjilbab yang dibuktikan dengan pengetahuan manusia. Sedangkan dibalik itu semua? Pastilah ada maksud Allah yang dasyat tentang manfaat berjilbab bagi kita.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al Ahzab: 59)
Mantabkan hatimu saudariku, tidak akan pernah kita merugi jika kita berjalan di jalan Allah.
Masihkah terbetik rasa ragu untuk berjilbab? Jangan-jangan kalau nanti aku berjilbab, aku tak dapet kerjaan. Jangan-jangan kalau aku berjilbab rapi, bos tidak suka lagi padaku dan pelanggan pada kabur, terus gajiku dipotong? Jangan-jangan kalau aku berjilbab gede, orang akan mengasingkanku dan aku akan kesulitan mendapat patner kerja?
Yakinlah saudariku, bahwa yang mengatur rejeki kita bukan bos kita, bukan atasan kita, bukan instansi kita, tapi Allah. Allah yang maha kuasa, yang menciptakan seluruh alam raya. Allah yang menciptakan seluruh organ-organ kita. Pernahkah kita berpikir, gimana ya ketika Allah tidak menciptakan ginjal untukku? Apakah aku harus selalu mencuci darahku sendiri? Maha besar Allah. Masihkah kita ragu dengan Allah yang menciptakan kita?
Teringat pesan guru ngajiku Ust. Bachtiar Nasir bahwa, “kebermanfaatan dari setiap penghasilan kita tidak dihitung dari seberapa ontime nya kita terhadap jam kantor, tapi seberapa ontimenya kita pada jam shalat”.
Masih tidak percaya? Ribuan pegawai dari sebuah instansi yang sama dengan jabatan dan gaji yang sama pula. Tapi, apakah pola pemenuhan kebutuhan hidup mereka sama? Apakah sama-sama kaya? Ada keluarga yang gajinya habis karena anaknya boros, ada yang gajinya habis untuk beli obat karena sakit-sakitan, dll. Karena kebermanfaat penghasilan kita yang menentukan Allah.
So, jangan pernah ragu dengan sesuatu yang telah Allah wajibkan untuk kita, termasuk berjilbab bagi perempuan. Jangan takut akan rejeki kita, karena ada Allah. Jangan ragu untuk berjilbab dengan dalih hubunganmu dengan orang lain akan hancur. Justru resepnya, perbaiki hubungan kita dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan teman-teman di sekitar kita, Allah akan memperbaiki pula hubungan kita dengan pekerjaan kita. Perbaiki hubungan dengan Allah, salah satu caranya dengan berjilbab. Yakinlah saudariku. Karena kita akan lebih ‘cantik’ dengan berjilbab.
Atau masih ragu karena takut tak dapat jodoh? Yakinlah janji Allah. Karena janji Allah adalah benar..
“… wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (QS:An-Nur:26)
//