2

[122] Aku [sempat] Ragu untuk Berjilbab


OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Saudariku, masing-masing dari kita pasti punya kisah tersendiri terkait ‘diri ini dan jilbab’. Barangkali diantara kita ada yang awalnya merasa dipaksa untuk berjilbab. Dipaksa orang tua, dipaksa kakak atau dipaksa aturan karena menjadi tuntutan sekolah yang berbasis Islam. Paksaan yang membuat berang, alhasil memakai jilbab hanya setengah hati. Fisik iya, kalbu tidak. Ujung-ujungnya hanya memakai kain penutup kepala alakadarnya. Baju yang hanya membalut, tapi belum menutupi. MasyaAllah, betapa indahnya ketika Allah menghendaki rasa ‘terpaksa’ itu lambat laun luntur hingga menjelma menjadi perasaan ikhlas karena-Nya untuk jilbab. Ketika kita tau betapa Allah sangat memuliakan perempuan.

Barangkali ada yang punya kisah lain. Merasa musibah, berujung berkah. Perempuan berambut indah mengalami musibah kecelakaan sehingga merusak penampilan di bagian kepala atau rambut. “Aduh giman ni?” Hingga akhirnya jilbab menjadi pilihan solusinya. Niat hati berjilbab untuk menutupi kerusakan pada kepalanya, hingga akhirnya pada suatu titik perempuan itu bersujud. Bersyukur pada Allah ketika ia tau sakitnya kecelakaan tak ada seberapanya dengan sakitnya azab Allah. Alhamdulillah, sekarang saya telah berjilbab rapi dan tidak ketat.

Atau mungkin ada yang punya cerita, berawal dari banyak membaca buku agama hingga akhirnya terketuk hatinya untuk berjilbab karena ingin melaksanakan perintah Allah. MasyaAllah. Atau malah ada yang sejak kecil memang lahir di tengah keluarga yang berjilbab, mendapat asupan islami, sehingga tak terlalu banyak kendala hingga dewasa ia memantapkan hati untuk berjilbab. Alhamdulillah, saya telah banyak berubah dari sebelumnya berjilbab pendek hingga sekarang berjilbab ‘gede’, berpakaian longgar dan berkaus kaki.

Atau ada yang hingga saat ini masih memantapkan hati untuk berjilbab? Jangan pernah ragu saudariku. Yakinlah saudariku, bahwa sesuatu yang telah Allah wajibkan bagi kita pastilah terbaik untuk kita. Sepandai-pandainya manusia, pasti ia punya salah. Karena yang tidak pernah salah hanyalah Allah. Beberapa bukti sains juga telah menguak bahwa dengan berjilbab kita lebih terlindung dari sinar UV yang merupakan penyebab kanker kulit, karena kulit kita lebih tertutup. Terlindung juga dari debu kotor. Rambut pun lebih sehat karena tidak secara langsung terkena sinar matahari. Kuku-kuku kaki pun lebih bersih karena berkaus kaki, tidak banyak tanah-tanah yang nyelip di pinggiran kuku. MasyaAllah.

Itu adalah beberapa manfaat berjilbab yang dibuktikan dengan pengetahuan manusia. Sedangkan dibalik itu semua? Pastilah ada maksud Allah yang dasyat tentang manfaat berjilbab bagi kita.

 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al Ahzab: 59)

Mantabkan hatimu saudariku, tidak akan pernah kita merugi jika kita berjalan di jalan Allah.

Masihkah terbetik rasa ragu untuk berjilbab? Jangan-jangan kalau nanti aku berjilbab, aku tak dapet kerjaan. Jangan-jangan kalau aku berjilbab rapi, bos tidak suka lagi padaku dan pelanggan pada kabur, terus gajiku dipotong? Jangan-jangan kalau aku berjilbab gede, orang akan mengasingkanku dan aku akan kesulitan mendapat patner kerja?

Yakinlah saudariku, bahwa yang mengatur rejeki kita bukan bos kita, bukan atasan kita, bukan instansi kita, tapi Allah. Allah yang maha kuasa, yang menciptakan seluruh alam raya. Allah yang menciptakan seluruh organ-organ kita. Pernahkah kita berpikir, gimana ya ketika Allah tidak menciptakan ginjal untukku? Apakah aku harus selalu mencuci darahku sendiri? Maha besar Allah. Masihkah kita ragu dengan Allah yang menciptakan kita?

Teringat pesan guru ngajiku Ust. Bachtiar Nasir bahwa, “kebermanfaatan dari setiap penghasilan kita tidak dihitung dari seberapa ontime nya kita terhadap jam kantor, tapi seberapa ontimenya kita pada jam shalat”.

Masih tidak percaya? Ribuan pegawai dari sebuah instansi yang sama dengan jabatan dan gaji yang sama pula. Tapi, apakah pola pemenuhan kebutuhan hidup mereka sama? Apakah sama-sama kaya? Ada keluarga yang gajinya habis karena anaknya boros, ada yang gajinya habis untuk beli obat karena sakit-sakitan, dll. Karena kebermanfaat penghasilan kita yang menentukan Allah.

So, jangan pernah ragu dengan sesuatu yang telah Allah wajibkan untuk kita, termasuk berjilbab bagi perempuan. Jangan takut akan rejeki kita, karena ada Allah. Jangan ragu untuk berjilbab dengan dalih hubunganmu dengan orang lain akan hancur. Justru resepnya, perbaiki hubungan kita dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan teman-teman di sekitar kita, Allah akan memperbaiki pula hubungan kita dengan pekerjaan kita. Perbaiki hubungan dengan Allah, salah satu caranya dengan berjilbab. Yakinlah saudariku. Karena kita akan lebih ‘cantik’ dengan berjilbab.

Atau masih ragu karena takut tak dapat jodoh? Yakinlah janji Allah. Karena janji Allah adalah benar..

“… wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (QS:An-Nur:26)

//

0

[121] Tempat Pensil dari Kaleng Sosis


 P1242975 copy

Segala puji hanya bagi Allah.

Gorontalo, buana yang anyar kami jajaki. Di sebuah hunian mini berteman senja temaram, kami berdua bergulat di dapur. Saya sok sibuk masak-memasak, suami sok sibuk bantu-bantuin.

Maha Suci Allah. Begitu indah hidup ini, ketika senantiasa direnda dengan banyak bersyukur. Bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan yang tak terhingga jumlahnya. Alhamdulillah, Allah menebar Oksigen yang tak berbayar, sehingga diri ini masih bisa bernafas. Subhanallah, tak pernah terbayang bagaimana kalau nikmat Oksigen ini dicabut oleh Allah barang lima menit saja. Teringat cerita dari guru ngaji yang menceritakan dialognya dengan seseorang. Seseorang itu pernah bekerja sebagai pengintai kapal musuh. Tugasnya adalah memata-matai kegiatan musuhnya dengan cara menyelam di dalam air. Berusaha menahan untuk tidak menghirup oksigen untuk beberapa saat, alasannya agar tidak menimbulkan gelembung udara yang nantinya muncul di permukaan sehingga dicurigai musuh. MasyaAllah, betapa tersiksanya dalam kondisi seperti itu, ungkap orang tersebut. Mata ini seakan-akan akan pecah karena tak ada asupan oksigen. Kurang lebih seperti itu ceritanya, karena saya hanya berbekal ingatan jadi mungkin ada yang kurang pas. Wallahualam.

Lanjut cerita dari dapur kami.

Di sela-sela acara memasak, tiba-tiba suami tertarik dan mengambil kaleng sosis yang tergeletak manja di kotak sampah peres atas.

“Buat apaan Mas?”

“Bisaaa, buat tempat pensil”

“Itu tadi bekas tempat sosis mbak yang di sebelah Mas”

“Tok tok tok tok”, suami dapat mainan baru, akhirnya sibuk melubangi tutup kaleng sosis bagian atas.

Ini dia hasil kaleng sosis yang telah di lubangi bagian atasnya dan dilucuti merknya.

 P1242938 copy

Setelah berusaha distrerilkan dengan cara dicuci, dimandikan, direndam dengan sabun, pewangi, dll, suami berniat untuk langsung menggunakan sebagai tempat pencil. Secara batin, saya sungguh tidak terima. Hahaha, melihat kaleng polos itu rasa-rasanya senaaang betul. Serasa mendapat pasien gratis.

Akhirnya saya bungkus kaleng tersebut dengan menggunakan kain flanel. Dibalut dan di lem menggunakan lem UHU.

Setelah itu gunting-gunting pernak-perniknya. Ditempel deh.

P1242968 copy

( Tempel Bunga)

 P1242972 copy

(Tempel Matahari Kecil)

 P1242969 copy

(Tempel nama kami)

 P1242973

Dan jadilah tempat pensil yang lebih menarik dari pada kaleng polos tadi, Alhamdulillah.

P1242981 copy

Bekas bungkus sosis tadi bisa untuk tempat menaruh pensil, gunting, pulpen, dll.

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur. Dan semoga sharing kali ini bermanfaat. Mari berkreasi 🙂

10

[120] Resep Pastel Basah


Bismillah,

OLYMPUS DIGITAL CAMERALibur hari ahad kali ini saya masak banyaaaak menu, sampai-sampai suami terheran-heran. Emangnya nggak capek ya Dee? Tapi ujung-ujungnya habis juga, beliau juga yang dominan habisin, haha.

Seneng rasanya kalau liburan dan free tugas kantor bisa cuap-cuap berekspresi. Salah satu menu yang saya buat hari ini adalah ‘Pastel Basah’. Tercatat dalam sejarah hidup, ini adalah pastel basah yang kali pertama saya buat sendiri. Artinya masih dalam proses belajar. Alhamdulillah enak. Sebenarnya memasak itu tidak susah kok teman, asal kita mau mencoba dan berdo’a pada Allah. Mari share 🙂

Berbicara tentang pastel, atas izin Allah Alhamdulillah beberapa bulan yang lalu saya diajari Ibuk, tapi baru satu kali praktek. Alhasil waktu buat sendiri tanpa Ibuk, lupa-lupa ingat. So, tadi sembari memutar memori bagaimana cara membuat pinggiran pastelnya, karena bagian ini yang bagi saya sangat menarik.

Untuk membuat pastel, kita bagi bahan menjadi 2, membuat isi dan membuat kulit pastelnya.

Bahan untuk kulit pastel:

  • Terigu ½ kg
  • Telor 2 butir
  • Mentega 1 ons
  • Air ½ gelas
  • Minyak goreng

Bahan untuk isi:

  • Wortel ¼ kg
  • Daun bawang
  • Merica
  • Gula pasir
  • Telor 2 butir (*satu di rebus nantinya dipotong-potong)

(*Pada dasarnya isi pastel tergantung selera kita, juga ketersediaan bahan yang kita punya tentunya. Variasi lain bisa ditambah kentang ¼ kg. Sebelum dicampur untuk isi, kentang digoreng dulu setengah matang. Namun, kali ini saya tidak menggunakan kentang karena saya pribadi kurang suka kentang. Oya, bisa juga ditambah daun seledri, atau ditambah daging ayamg/daging sapi 1 ons).

Cara membuat isi pastel basah:

  • Wortel potong dadu kecil
  • P1132844 copy_new(1) copyDaun bawang iris tipis

P1132850 copy_new(1) copy

  • Bawang merah dan bawang putih iris tipis

P1273008 copy_new(1) copy

Selain itu kita juga perlu bumbu yang digerus: bawang putih 5, merica, garam. Gerus sampai halus. Kalau saya menggunakan merica bubuk, jadi tinggal menghaluskan bawang putih dicampur garam, nanti merica dimasukkan saat menumis isi.

Selanjutnya:

  • Tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diiris tipis.
  • Masukkan bumbu yang telah digerus.
  • Masukkan wortel, tambahkan air sedikit agar wortel ‘alum’
  • Tambahkan gula pasir 1 sendok makan
  • Masukkan telor
  • Aduk agar merata

P1132854 copySetelah isi pastel selesai di tumis, biarkan sejenak agar tidak terlalu panas. Kualitas rasa dari pastel sangat ditentukan oleh isinya lho, karena kulit itu gurih tidak terlalu berasa bumbu. Suatu ketika, saya pernah makan pastel, dari luar cantik dan bagus tapi setelah dimakan kok hambar. Nah, ini menjadi catatan penting ketika kita membuat pastel.

Ini dia hasil tumisan isinya:

P1273018_new(1) copySelanjutnya kita buat kulitnya ya..

  • Terigu ½ kg, telor 2 butir dan mentega 1 ons campur di wadah, uleni dengan air kira-kira ½ gelas. Uleni sampai rata.
  • P1273024 copy_new(1) copyBuat bulatan-bulatan kecil
    kalau untuk takaran di atas kira-kira akan jadi 30 bulatan
  • P1273027 copy_new(1) copySiapkan piring kecil kemudian olesi dengan mentega, sebenarnya piring yang lebih kecil dari ini lebih bagus, tapi karena baru hijrah ke Gorontalo dan kami belum punya, jadi saya pakai piring ini hadiah detergen, hehe. InsyaAllah tidak apa-apa. Kalau piring yanga da pada gambar ini kan punya lekungan naik dipinggirnya, klo piring kecil yang saya buat praktek dulu tidak ada, biasanya Ibuk menyebutnya lambar, atau saya biasa bilang lepek. Tatakan gelas orang Jawa, mirip seperti itu.
  • P1273031 copy_new(1) copygepengkan bulatan menggunakan tangan
  • P1273043 copy_new(1) copyLetakkan isi, jangan meletakkan ditengah, tapi di pinggir, karena bagian yang sebelah akan kita lipat. Oya, kita tadi kan menyiapkan 2 telor untuk isinya. Satu telor dicampur sewaktu menumis isi, satu telor lagi kita rebus kemudian dipotong kecil-kecil untuk diselipkan ke isinya.
  • P1273034 copy_new(1) copyLipat atau tutup bagian yang telah kita letakkan isi
  • P1273051 copy_new(1) copyBuat pinggiran menggunakan tangan. Kata Ibuk, ada juga yang menjual cetakan untuk pinggirannya. Dulu sewaktu jalan-jalan di toko kue dan pernak-perniknya, pernah ditunjukkin sama Ibuk. Cuma saya pribadi kurang terlalu mengerti cara menggunakannya waktu dijelasin Ibuk, karena tidak praktek. Sensasinya lebih dasyat kalau kita buat dengan tangan insyaAllah. Waktu pertama kali praktek, hasilnya geje. Alhamdulillah sekarang sudah sedikit meningkat kualitasnya.
  • P1273056 copy_new(1) copySetelah selesai membuat pinggiran, goreng dengan api sedang
  • Kemudian angkat dan hidangkan.

P1273061 copy_new(1) copy

  • Cocok disajikan dengan cabai rawit.
    P1273058 copy_new(1) copy

Semoga bermanfaat, selamat mencoba 🙂

Silakan berkunjung juga ke Halalan Thayibban 🙂

//

6

[119] Tempat Pensil Berbahan Kain Katun + Flanel + Kaos


Bismillah,

Rasa-rasanya gatel jemari ini kalau ada sela-sela waktu tapi tak berkreasi. Sebagian besar wanita insyaAllah punya perasaan itu. Bersenang-senang dengan berkreasi. Naluri coba-coba resep masakan baru, buat kue lucu-lucu, main-main flanel, jahit-jahit kain dan nglenik membuat sesuatu. Aksi nglenik ini tidak mutlak hanya milik ibu rumah tangga yang 24 jam di rumah, karena tidak menutup kemungkinan bagi seorang wanita yang juga bekerja di luar rumah untuk berkreasi. Justru biasanya bagi wanita karier keinginan untuk berkreasi meletup-letup karena gemes, kapan ya punya waktu luang panjang untuk bersenang-senang asyik dengan dapur. Kegiatan seabrek dengan waktu 24 jam minus kerja di kantor yang ternyata sampai jam 16.00, belum kepotong perjalanan pulang, itu pun kalau tak ada lembur. Duh gimana ya? Belum masak ni, cucian juga numpuk, belum beres-beres rumah. Yaaaa, salah siapa memilih untuk bekerja di kantor? Itu pilihan. So, harus pandai-pandai menyisipkan agenda ‘bersenang-senangmu’ diantara agenda yang lain.

Pesan Ibuk di awal pernikahanku, “pekerjaan wanita itu tidak sedikit, kita harus pandai membagi waktu”. Kata ‘wanita’ yang diungkapkan Ibuk, maksudnya adalah wanita yang telah berstatus istri. Karena, kewajiban seorang wanita sebelum dan setelah menikah jauuuuuuh berbeda. Sibuknya pun lain, karena sekarang tak hanya hidup sendiri.  

Allah Maha Penyayang, memberikan kaum hawa banyak ladang pahala. Subhanallah, jerih payah memasak, mencuci, menyenangkan hati suami itu bukan tak berbalas. Pahalanya besar di mata Allah, kalau kita ikhlas melakukannya.

Ingin berbagi cerita khususnya bagi kaum hawa, kaum adam juga boleh baca kok, hehe. Terkait dengan nglenik untuk membuat pernak-pernik itu, bisa membuat kesenangan tersendiri bagi hati lho. Merekreasikan pikiran, melejitkan jiwa seni, juga menggali potensi terpendam. Sewaktu saya belum menikah suka nglenik juga, jahit-jahit ini itu, corat-coret, beli-beli bahan untuk persediaan nglenik. Bareng temen-temen untuk share tentang bahan atau cara membuat sesuatu. Melejit semangatnya kalau lihat temen yang kreatif, liat page di fb temen, selancar di internet liat blog yang unyu-unyu. Itu salah satu cara untuk mencari ide dan memacu semangat. Pengen buat ini, ini lucu deh, kok bisa bagus begini ya, gimana caranya ya. Begitulah dialog kemriuk dalam hati, kadang juga terlontar sebagai kata-kata langsung, hehehe. Itu kebiasaan sebelum menikah. Berkreasi, tapi belum terbagi pada teman-teman lain, hanya tersimpan. Alhamdulillah, setelah menikah punya photographer yang siap sedia memotret apa yang saya request. “Mas, minta tolong fotoin ini ya”. Karena hidup untuk saling melengkapi. Jadi, alhamdulillah, sekarang kegiatan nglenik lebih terekam dan bisa dishare pada temen-temen. Kalau sudah meninggal pun, semoga tetap menjadi inspirasi bagi yang masih hidup dan memberi manfaat. Aamiin ya Rabb. Betapa indahnya.

Ini salah satu contohnya:

Tempat pensilku:

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Bahannya dari kain katun yang dulu aku beli di Pasar Baru Jakarta. Dan baru kepakai sekarang di Gorontalo, hehe. Jadi, tak selamanya bahan yang aku beli langsung digunain. Ada masanya ia harus bergabung bersama-sama teman-temannya dalam box. Sampai suamiku kadang terheran-heran. Hahaha

Untuk inisial namanya, aku gunakan kain flanel ungu berlapis belakang warna hitam untuk mempertegas warna ungunya. Kenapa dipilih ungu? Niatnya agar selaras dengan background warna bunganya yang dominan ungu.

OLYMPUS DIGITAL CAMERAOLYMPUS DIGITAL CAMERA

Untuk menempel antara kain dan flanel memakai lem UHU. Kalau antara flenel dan flanel, misal antara flanel hitam dan flanel ungu bisa memakai lem UHU, bisa juga menggunakan lem FOX.
Kalau antara kain dan flanel kurang bisa memakai lem FOX, karena kurang rekat.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Untuk resletingnya aku gunakan warna biru. Kenapa biru? karena waktu itu stok yang aku punya warna biru, maunya sih ungu biar selaras. Tapi tidak masalah, karena pada motif kainnya ada bunga warna biru juga, dan biru masih berkerabat dengan ungu.

Untuk semua jahitannya, aku melakukannya dengan tangan. Jahitan tangan, kalau kita usil memodifikasi insyaAllah tidak terlihat kacau kok. Tetap rapi insyaAllah. Tapi, kalau teman-teman punya mesin jahit, dijahit mesin hasilnya mungkin lebih rapi, dari segi waktu barangkali juga lebih cepat.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Bagian dalam juga tak boleh diabaikan lho. Di sini aku memakai kain berbahan kaos lembut agak tipis warna coklat. Kenapa coklat? Karena bahan yang aku punya coklat, hehe. Kalau bisa berwarna gelap dan jangan terlalu nabrak dengan warna/motif luar, contohnya untuk motif ini adalah warna coklat. Alasan kenapa dipilih warna gelap, karena kalau nanti tercoret-coret pensil atau pulpen tidak terlalu kelihatan. Hal yang mungkin ketika tutup pulpen kita terbuka, atau pensil yang runcing dan tidak bertutup akan menorehkan coretan tak berdosa di dalam kotak pensil kita.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Ini dia hasilnya, kita bisa memasukkan aneka pensil dan pulpen ke dalamnya, bisa juga alat tulis lain.

*Dalam postingan ini terdapat kata nglenik, yang dimaksud penulis adalah berkreasi, diadopsi dari bahasa jawa yang artinya berdiam diri, menundukkan kepala karena asyik dengan kesibukan yang digemari (*kurang lebih seperti itu)

Ini salah satu contoh kreasi kami. Semoga bermanfaat 🙂

2

[118] Berqurban dengan yang Terbaik


Pesan penting dari sosok Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallahu ‘anhu. Sahabat Rasulullah yang telah disebutkan sebagai salah satu calon penghuni syurga.
“Mari menjadi seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya”

——————Bismillah—————-

Dari awal pernikahan, saya dan suami berencana untuk mengalokasikan uang pada pos-pos yang telah disepakati. Salah satunya adalah pos Qurban. Kami berencana membuat kotak khusus untuk pos Qurban. Alhamdulillah, dimudahkan oleh Allah. Suatu hari, saya dan suami membeli gelas. Alhamdulillah gelas itu berbungkus kardus. Akhirnya kardus itu di make over, dibalut kain flannel dan jadilah kotak Qurban.

Cara membuatnya sederhana kok teman-teman. Tempel kain flannel ke kardus dengan lem.

Ini contoh kota Qurban kami.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Kotak Qurban bisa ditaruh di kamar agar kita senantiasa ingat untuk selalu menyisihkan rejeki yang diberikan oleh Allah 🙂

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Mari mengisi setiap hari, sehingga pada waktunya mendekati hari raya Qurban nanti, isi dari kotak kecil ini bisa menjelma menjadi seekor kambing, atau malah seekor sapi, atau onta, MasyaAllah.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Oya, ada pintu di kotak kurban ini, jadi kalau tahun ini dibuka dan diambil uangnya untuk berqurban, kotaknya masih bisa dipakai lagi untuk Qurban ditahun selanjutnya 🙂
mari kita sembelih sifat kebinatangan diri yang cenderung pada dunia*pesan dr guru ngaji Ust. Bachtiar Nasir

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Ketika menjelang hari raya Qurban, betapa bahagia hati ini saat isi dari kotak ini berubah menjadi hewan Qurban yang terbaik dari niat kita yang terbaik. Misalkan, setiap hari kita masukkan dua ribu rupiah  saja (Rp 2.000, 00), berapa dalam 1 tahun? Subhanallah. Ini hanya pemisalan. Tentunya setiap pribadi punya interval sendiri-sendiri.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

—Ada cerita—

Alkisah, ada cerita dari sebuah rumah reot di desa terpencil. Seongkok rumah yang hanya terdiri dari satu kamar lusuh. Seorang nenek renta yang berprofesi sebagai buruh cuci adalah pengguni tunggal rumah itu. Yang menarik dari kebiasaan si nenek adalah, beliau selalu memasukkan uang ke dalam kotak kecil yang berada di kamarnya. Sebuah kotak kecil yang telah bertahun-tahun ikut menjadi penghuni kamarnya. Di suatu hari di awal bulan Dzulhijah, Sang nenek menyodorkan kotak kecil tersebut kepada tetangganya. Sang nenek meminta tolong kepada tetangganya agar isi dari kotak kecil itu dibelikan seekor kambing.

“Nenek hendak berqurban tahun ini, Nak”, ucap Sang nenek kepada tetangganya.

MasyaAllah. Betapa indahnya hidup ini, ketika kita mampu menyembelih sikap kebinatangan diri kita. Mampu menyisihkan dari rejeki yang telah Allah berikan, dan tidak hanya habis untuk kepentingan duniawi.

Dari kisah Sang nenek tersebut tersirat bahwa siapa pun kita, berapa pun penghasilan kita, berapa banyak hutang kita. Kita punya kesempatan untuk berqurban. Kita punya kesempatan untuk mendapatkan ganti yang lebih indah dari Allah, ibarat sebanyak bulu hewan yang telah kita qurbankan. Karena kekayaan seseorang dilihat dari seberpa berat ia mengalokasikan hartanya di jalan Allah, karena sesungguhnya harta ini milik Allah.

Teman-teman tau lagu potong bebek angsa? Kata guru ngajiku, lirik dari lagu itu kurang bagus untuk diajarkan pada anak-anak. Salah satu alasannya, masak sih, dari kecil udah diajarin dansa serong kanan kiri. Emang ngaruh ya? Yaaa, karena alam bawah sadar itu ada (*infonya di sini). Naaah, dengan irama yang sama dengan lagu itu, kita ubah liriknya menjadi seperti di bawah ini. Nadanya seperti lagu potong bebek angsa, yuk dicoba

Potong hewan Qurban

dengan yang terbaik

Allah minta taqwa

tidak minta dagingnya

Ayo berqurban

Ayo berqurban

La la la la la la la la la

Mari berQurban dengan yang terbaik. Bismillah

2

[117] Sayangilah, Meski Hanya Seekor Semut


Hari ini pagi tersenyum cerah di Gorontalo, tusukan mentari bijak menyapa penghuni bumi. Langit biru berhias awan putih nan teduh turut menambah amboinya suasana pagi ini.

Hari ini hari Sabtu, tanggal 19 Januari 2013. Hari sabtu, hari libur kantor. Dari sebuah keluarga kecil di wilayah Duulomo Selatan, Gorontalo, terdengar cerita.

“Mas, banyak semut di situ”, ku tunjuk tempat sampah di pojokan yang berhias barisan semut menyerbu botol yakult.

“Iya gak papa, semut-semutnya lagi menikmati rejeki”, jawab suamiku ringan dengan senyuman khasnya.

Beberapa menit kemudian, suamiku merapikan tempat sampah tanpa mengganggu keasikan semut-semut itu menikmati rejekinya. MasyaAllah.

Setelah selesai merapikannya, suamiku duduk disebelahku. Alhamdulillah. Sembari menikmati pagi, suamiku berpetuah padaku,

“Kalau Mas di kamar mandi dan melihat ada semut, mas sangat hati-hati. Satu persatu semut itu, Mas pindahkan ke tempat lain. Jangan sampai semut itu akhirnya mati hanya karena kita menyiram air untuk mengusirnya.”

“Iya Mas”, jawabku ringan, sembari mencerna baik-baik kalimat dari suamiku. Berarti besok-besok tak boleh menyiram semut lagi kalau ingin mengusir semut. Aku mengulum senyum semanisku, biar tak kena gelitik pangeran di sebelahku. Karena ketahuan kalau kemarin menyiram semut di kamar mandi.

“Adee tau kan, semut itu kecil, tapi dia juga ciptaan Allah?”

“Iya ya Mas, setiap ciptaan Allah punya hak untuk hidup, jadi kita tak boleh semena-mena terhadapnya ya Mas, meski hanya seekor semut” ku jawab dengan nada manjaku, aku kembali menanamkan rasa cintaku pada semut yang sempat luntur.

Ku lanjutkan ceramahku, “Adee salut sama Mas. Mas sering mempersiapkan makanan untuk kucing yang suka datang ke sini, padahal Mas juga tidak tau itu kucing milik siapa”, masih dengan wajah polosku aku melanjutkan ceramahku lagi.

“Mas, mas. Mas juga sering sedekah untuk burung-burung alam bebas itu. Sejak tinggal disini dan Mas tau kalau ada burung-burung yang sering singgah di kabel-kabel depan. Setiap hari Mas menaburkan beras di teras depan, sengaja untuk burung-burung itu. Adee sampai hafal, setiap pulang kantor, Mas berbisik pada Adee.

“Dee, liat beras-beras yang tadi pagi sudah habis.”

Dan Adee sering becandain Mas, “Itu kan karena berasnya terbang kena angin”.

Beras itu dimakan oleh burung-burung yang terbang di alam lepas. MasyaAllah.

Suamiku melanjutkan petuahnya,

“Adee ingat saat pertama kali kita datang ke tempat ini, waktu bersih-bersih ada laba-laba besar dan Adee teriak heboh. Adee tanya, kenapa Mas tidak membunuh laba-laba itu. Mas tau Adee takut, Adee bilang laba-laba itu beracun. Tapi, laba-laba itu belum mengganggu kita. Makanya Mas masukan plastik dan Mas lepaskan laba-laba itu jauh dari tempat ini. Mas tidak mau membunuhnya, kecuali kalau dia sudah mengganggu kita, kita boleh membunuhnya. Atau, kecuali kalau itu adalah hewan berbahaya misalkan ular, barulah kita boleh membunuhnya.”

Aku tersenyum, aku harus banyak belajar lagi. Rabbana, betapa aku sangat mencintai suamiku.

“Mas, Mas, Adee sayang Mas karena Allah”, dan satu kecupan cinta mendarat bebas di keningku 🙂

1

[116] Kami dan Gorontalo, Karena Allah


TN_psd0346

Sebuah provinsi yang terbilang cukup mungil di tanah Sulawesi. Gorontalo. Tertanggal 26 Desember 2012 aku dan suami, beserta 7 teman seperjuangan kami dibawa Garuda ke tanah Gorontalo. Karena berdasarkan SK, kami ber-9 mendapat tugas untuk bekerja di provinsi Gorontalo. Di bawah ini adalah foto ku dan suami, saat-saat pertama menginjakkan kaki di Gorontalo. Sesaat sebelum mendarat, kami disuguhkan dengan tekstur alam yang sedikit asing. Sebelumnya, kami hanya selancar via internet untuk berkenalan, sekarang kami ta’aruf live dengan Gorontalo. Bismillah, awal yang cerah.

suamiku

saat-saat pertama menginjakkan kaki di Gorontalo

Tentang aku dan suamiku. Lahir dan besar di tanah Jawa, membuat kami sama-sama punya tanda tanya besar tentang bagaimanakah gerangan keadaan tanah Gorontalo? Karena dalam hitungan beberapa tahun ke depan kami akan tinggal di Gorontalo.  Masih terbayang jelas hingga sekarang wajah keluarga yang mengantarkan kami berdua ke Soekarno Hatta. Tiba-tiba teringat keluarga di Purwokerto, keluarga di Sukoharjo, wajah-wajah beliau yang tak muda lagi beserta pesan-pesannya pada kami, masih saja membuat aku menyeka air mata kalau mengingatnya. Canda-canda adik-adik dan keponakan,,,

“Kaki Raji”, tiba-tiba suamiku yang terbaring di sisi kiriku berbicara di tengah tidurnya.

“Kenapa Mas?”, memeluk beliau membuat hatiku lebih tentram, ku hentikan aktifitasku mengetik sembari menyeka airmata pasca lihat-lihat foto  keluarga dan kangen. (Kaki adalah panggilan untuk kakek di keluarga suamiku. Kaki-Nini = Kakek-Nenek.)

“Mimpi Kaki Raji”, begitu tutur beliau. Aku belum banyak bertanya, karena tak mau menganggu beliau. Hanya beberapa gerakan tangan dan kecupan agar beliau tidur kembali.

Hari ini kantor libur. Memungkinkan aku untuk bermain-main dengan laptop. Mendengarkan video hasil download dari web AQL plus membaca catatan ngaji bersama Ustadz Bachtiar Nasir di AQL beberapa bulan silam. Ada catatan yang membuatku sering tertarik melihatnya, dan sudah pernah juga ku tulis beberapa kali di blog ini dalam versi lain. Tapi, tetap saja masih tertarik untuk menulisnya.

Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup

Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja (Buya Hamka)

Hiduplah dengan kekuatan prinsip. Janganlah bekerja seperti babi di hutan yang hidup dengan merusak tanaman orang. Jangan hidup untuk mengejar dunia.

Apabila kita mati, manakah yang lebih baik? Kita atau daun kering yang mati berguguran ke tanah? Daun-daun kering itu, pada saat ia hidup, ia bertasbih pada Allah, dan juga memasak dengan fotosintesis agar menghasilkan Oksigen sebagai sumber kehidupan. Bahkan, ketika ia gugur menjadi daun kering pun, ia menjadi humus yang akan menyuburkan tanah bermanfaat bagi yang lain. Sedangkan diri ini?

Diri ini, akan senantiasa berjalan menuju titik akhir perjalanan hidup. Ujung kehidupan. Dalam proses perjalanannya, kita seperti bola karet yang akan memantul dari tempat satu ke tempat lainnya. Melalui fase-fase atas izin Allah SWT. Seperti sekarang, bola karet kami memantul ke tanah Gorontalo atas izin Allah. Alhamdulillah, mayoritas muslim dan memudahkan kami untuk menemukan masjid. Karena mendengar cerita beberapa teman kami yang penempatan daerah lain, ada yang susah menemukan masjid dan harus berhati-hati dalam memilih makanan, dll. Jarak antar kabupaten pun tidak terlalu jauh. Karena provinsinya kecil, jarak kabupaten terjauh dari provinsi hanya sekitar 4 jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Hal ini lebih menguntungkan bagi kami, karena pusat kota berada di wilayah sekitar provinsi. Allah Maha Adil, tidak ada yang kebetulan terjadi, karena semua atas kehendaknya. Dan pastilah kehendak Allah yang terbaik bagi tiap-tiap makhluk-Nya. Dimana pun, kapan pun.

Dan di sisi-Nya lah kunci-kunci keghaiban, tidak ada yang mengetahuinya selain Dia semata. Dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan. Tiada sehelai daun pun gugur, melainkan Dia mengetahuinya; dan tidak pula sebutir biji di kegelapan bumi, dan sesuatu yang basah dan kering, melainkan (telah tertulis) di Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).” (Al An’aam: 59)

Mari menjadi pribadi yang sensitif terhadap nikmat Allah. Peka mendeteksi karunia dari Allah. Agar kita menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Masih bisa bernafas, berjalan, makan, dll, alhamdulillah.

Teringat salah satu cerita di AQL. Oleh-oleh dari Ustadz Bachtiar saat mengunjungi salah satu penjara Grobogan Bali. Ketika itu Ustadz berdialog dengan penghuni penjara. Kurang lebih seperti ini. Percakapannya mungkin tidak mirip, tapi intinya insyaAllah sama.

“Maukah kamu melihat keluargamu, anak-anakmu, dan istrimu makan dengan makanan yang layak, berpakaian yang layak dengan rejeki yang halal setiap harinya? Maukah kamu melihat orang disekitar keluargamu berbuat baik pada kelurgamu yang kau tinggalkan di luar penjara ini? Dalam posisi kamu masih dalam penjara.

“Bagaimana caranya?”

“Berbuat baiklah pada orang-orang yang ada di sekitarmu. Setiap bangun pagi berpikirlah, siapa yang hari ini akan saja tolong, siapakah hari ini yang akan saya pijitin,,,

Seketika penghuni penjara itu pun menangis…

Jauh dari keluarga, bukan berarti kita tidak bisa berbakti pada mereka. Dalam setiap membuka episode hari, mari berpikir “Hendak berbuat baik apakah kita hari ini?” Siapa yang hari ini hendak kita tolong?”

InsyaAllah, atas izin Allah, keluarga kita di belahan bumi sana juga akan senantiasa di tolong oleh orang  lain karena Allah.