[159] Jatuh Cinta


10608029_266497776880733_1433744610_n

Menaruh rasa ‘suka’ kepada seseorang, tanpa seseorang itu tahu. Memperhatikan seseorang, tanpa seseorang itu menyadari. Meletakkan rasa ‘cinta’, tanpa seseorang itu….

Apa yang sebaiknya aku lakukan. Aku masih berstatus mahasiswi, dengan ‘rule’ tidak boleh menikah sebelum lulus kuliah. Ahhh, aku rasa itu alasan klasik. Pertanyaan yang lebih mendasar dan pantas untuk dipertanyakan adalah, emangnya ‘seseorang’ itu juga mempunyai rasa seperti yang aku rasakan?

Sejauh ini aku hanya bisa menyimpan rasa ini rapat-rapat. Bahkan sahabat dekatku pun, belum tahu kalau aku menaruh rasa pada ‘pria pendiam’ itu. Meskipun, akhir-akhir ini sahabatku sudah menebak-nebak, karena aku yang suka terlihat grogri banget, kalau ketemu atau ada acara bareng dengan ‘pria pendiam’ itu.

Aku tahu ini salah. Meletakkan rasa kepada seseorang yang belum sah menjadi suami. Tapiiii, aku juga tak tahu bagaimana asal mula rasa ini datang. Bukan aku yang meminta rasa ini datang. Bukan aku yang meminta kepada hatiku, agar hatiku suka padanya. Semuanya datang dengan sendirinya. Bahkan bisa dibilang aku pun terlambat menyadari, kalau aku telah jatuh cinta padanya.

Aku juga tak sengaja mengenal pria itu. Tiba-tiba saja ia muncul dan menjadi teman sekelasku. Yang lebih membuatku gemes, di tengah perjalanan semester, ia juga yang menjadi ketua kelas. Masya Allah. Berdesir, rasanya hati ini ketika seringkali mendengar ‘pidato’ ketua kelas itu. Yang selalu terstruktur, rapi, sopan, tenang, dan rendah diri. Kalimat-kalimat bijak yang senantiasa terlontar dari sosok pria pendiam itu. Yaaa, aku percaya semua yang aku anggap tidak sengaja itu, adalah skenario dari Allah, atas kehendak Allah, dan tentu karena campur tangan Allah.

Ok, kita kembali ke akar masalahnya. Jadi, aku semakin merasa kesulitan untuk menutupi rasa ini. Bahkan, aku rasa ia pun mulai menyadarinya. Menyadari kalau aku menitipkan rasa itu, mungkin. 

Semakin hari, rasa ini semakin menjadi-jadi. Ia yang terus terbayang. Terus berlalu lalang dalam pikiran, tanpa aku minta.

Aku terus berdoa pada Allah. Meminta kepada Dia Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Allah lah yang telah memberikan rasa ini, kepada Allah jua lah, semestinya aku berserah diri. Memohon kepada Nya, solusi akan perkara hati ini.

Aku masih ingat kejadian itu, sewaktu aku hendak pergi ke kampus. Sendirian, dengan berjalan kaki. Sampailah aku di lampu merah depan kampus, ceritanya ingin nyebrang. Tiba-tiba saja ia muncul dari arah yang berlawanan dari tempat aku berdiri. Menaiki sepeda merah dengan ransel hitam yang berbentuk kotak  itu. Ditambah deburan angin, menyapu rambut hitam yang lurus dengan penuh pesona itu. MasyaaAllah, hati ini berdebar tak karuan. Bisa diprediksi, beberapa detik lagi, aku akan berpapasan dengan sosok itu. Sepandai-pandainya aku menyembunyikan pandangan dengan terus menunduk, sepandai-pandainya aku menutupi segala kegrogianku, tapi tetap saja aku terlihat grogi.

Yaaaap, kami berpapasan. Senyum ringan dengan penuh basa-basi. Lantas, ia berlalu dengan begitu santai dan tenang. Ya Rabb…

Ia berlalu, dan aku pun masih sibuk menata hatiku…

….

_catatan hati untuk suamiku, betapa aku mencintaimu, terimakasih cintaa_

//

2 respons untuk ‘[159] Jatuh Cinta

Tinggalkan komentar