0

[92] Bersama Allah, Kita Pasti Bisa


Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup

Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja – by Buya Hamka

Deretan kata-kata indah di atas dilantunkan dengan tegas oleh Ust. Bachtiar Nasir pada kajian Kamis malam 31 Mei 2012 kemarin.

Sama kah antara hidup kita dengan hidupnya babi di hutan?

Babi di hutan hidup dengan merusak tanaman orang, dikejar-kejar, lantas dibunuh, kemudian dibiarkan begitu saja. Apakah kita juga sama seperti itu? Hidup dengan merusak lantas merasa dikejar dan mengejar dunia? Capek jika hidup hanya mengejar materi semata. Semoga saja kita tidak termasuk dalam golongan itu. Hiduplah dengan kekuatan prinsip. Hidup sebagai kesatria dengan menegakkan kalimat “Lailaha ilallah” dan mati di jalan Allah. Allah Akbar.

Mari miliki jiwa pemenang, sama halnya kita miliki jiwa orang sukses. Karena sukses bukan diukur dari tingginya jabatan kita ataupun banyak gaji kita. Tapi dari mentalitas keimanan. Siapakah mereka? Siapa mereka yang memiliki mentalitas keimanan? Yaitu orang yang senantiasa mencari pertolongan Allah dan selalu memenangkan agama Allah. Senantiasa melakukan lompatan-lompatan berpikir. Bagaimana riilnya? Dimulai dari kemenangan-kemenangan kecil yang kita peroleh untuk membuka cakrawala kita.

Mari renungkan, lebih baik mana antara kita vs daun kering yang berguguran di tanah? Atau mungkin kita tidaklah lebih dari daun kering yang jatuh berguguran. Karena pada saat hidup, daun-daun itu senantiasa bertasbih pada Allah. Sibuk memasak agar bisa menghasilkan Oksigen untuk kehidupan manusia. Gugur di tanah pun masih bisa menyumbangkan kesuburan dengan humus-humusnya. Sedangkan kita? Mari sejenak kita tengok. Apa yang telah kita lakukan untuk Islam? Padahal kita berhutang besar pada Islam. Kita pun menjadi terhormat karena Islam.

Mari kita tancapkan cita-cita terbesar kita sebagai penerus estafet dari Rosulullah Muhammad SAW. Niatkan, maka syaraf akan terkunci untuk melakukannya. Jangan berpikir kerdil. Mari berpikir besar dan berjiwa pemenang.

Ceramahi mereka, maka mereka akan lupa,

Perintahkanlah mereka untuk menulis, maka mereka akan ingat,

Dan perintahkanlah mereka untuk mengamalkan, maka mereka akan paham,

Karena tidak ada pertemuan yang kebetulan, semua adalah ketetapan Allah. Mari ajak saudara-saudara kita dalam pertemuan-pertemuan yang senantiasa diridhoi Allah. Karena bersama Allah, kita pasti bisa.

2

[47] Cermin bukan kaca


“Jangan bercermin pada cermin yang retak”

Tanya kenapa?

Bayangannya menipu. Membuat yang lurus jadi bengkok, yang bengkok terkesan lurus. Bahkan hasil cerminannya kadang bertumpuk2 tak beraturan. Walaupun ada juga yang bilang itulah seni^^. Akan jadi seni yang molek, jika pas pada tempatnya dan sesuai dengan kondisinya. Misal saja, kombinasi cermin retak bisa jadi penghias ruangan yang elegan kalau diberdayakan oleh tangan2 ahli.

Tentu tak pas manakala kita bercermin pada cermin yang retak terkait hal yang pokok. Bayangannya menipu, membuat yang wajib jadi sunnah, yang benar terkesan aneh. Bahkan cerminannya kadang berbenturan kacau. Dan dalam hal ini tak boleh kita bilang “seni”.

Ingatlah kawan : “kalau perihal muamalah, jika gak ada dalil, selama gak ada larangan, boleh dilakukan. Kalau perihal ibadah, jika gak ada dalil, brati bid’ah.”

Pertanyaannya, cermin yang mana yang harus kita pakai? Menurut Ibnu Tamiyah, yang layak dijadikan cermin adalah:

  1. Para Nabi
  2. Sidiqin ( pada sahabat Nabi, yang satu persatu telah dijanjikan masuk syurga)
  3. Syuhada
  4. Solihin

Coba kelas praktikum yaaa : Ambil uang lembaran 20ribuan, satu lembar aja. Kita coba cerminkan uang itu pada cermin kita. Bolak-balik, amati dengan seksama, sampai kita tahu detail wujud uang kita. Lantas bawa uang kita itu ke mall, serasa jadi menyusut nilai riil uang 20ribuan kita tadi. Serasa kurang bernilai. Intinya kurang banyak laah, kalau kita ke mall cuma bawa uang 20 ribu bae. Kemudian kita coba bawa uang kita ke masjid, dekatkan pada kotak infaq. Tak jarang yang merasa uang itu bernilai begitu besar. Kesannya uang 20 ribuan itu serasa terlalu besar untuk dimasukkan kotak infaq. Padahal kalau kita cerminkan ulang bentuk uangnya sama seperti semula. Dan semoga kita tidak tergolong orang yang seperti dalam kelas praktikum tadi, tapi kebalikannya. Subhanallah^^.

Beraaat ya kesannya bahas cermin^^. Mari kita rileks bae. Kalau kau merasa gundah, sebel, tak suka akan hari ini, banyak masalah, atau apalaah. Ambilah cermin, lantas kau pandang raut mukamu di cermin. Jelek kan^V. Kemudian tersenyumlah, pandangi wajah manis di depanmu. Wajah polos dengan senyuman termanisnya.

Kalau kau merasa sepi, kalau kau merasa sedih. Cobalah mencari semangat dan motivasi dari duplikat maya mu itu. Berinteraksi dengan cermin, pandang ia, dan tersenyumlah dengan manis, maka ia pun akan tersenyum manis untukmu, semanis senyumanmu yang kau berikan untuknya.

Kawan, tak selamanya hidup itu mulus. Ada kalanya ia beriak. Bahkan tak jarang ombak bergulung2 datang. Tapi percayalah, kita bisa melalui itu semua apabila kita masih mau bercermin. Memperbaiki kesalahan2 kita. Jangan biarkan cermin kita bernoda, dan bertambah noda. Tapi mari kita bersihkan apabila ia bernoda. Agar kita akan tetap selalu melihat wajah maya dengan senyuman termanisnya itu.

Cermin itu beda sama kaca lhooo. So, mari kita nyermin dan berinteraksi dengan wajah manis berseri-seri itu. Bukan ngaca dengan wajah berkaca-kaca^^.

2

[9] optimis di balok 4 ^^__motivasi skripsi


Hidupku terkadang seperti amoeba. Tak beraturan. Kadang iri melihat bintang laut. Yaaa, aku sadar amoeba tak bertulang belakang—avertebrata—. Bukan lantas aku menyesal, tapi inilah fitrah. Teorema yang ku anut suatu kekurangan tak selalu akan bertimpal buruk. Mencoba melihat dari sisi lain. Bahkan kekurangan itu bisa jadi ”Eksotis”, kata orang puitis, kekurangan laksana penciri bagi kita dan membuat unik dari yang lain. Potensi itu seperti lubang kawan, bahkan dia perlu “digali”. Potensi bukan madu dalam mahkota bunga nan elok yang hanya bisa “menunggu” kupu2 yang datang.
Tak benar memang kalau akku merasa selalu tak berguna. Tapi sesekali bisa dicoba untuk lakukan. itu tak dilarang kok. Justru bisa dibilang kombinasi. Pasti terdengar jelek, pabila diriku selalu memencet nada “re” pada pianika. Merasa tak berguna dan menjadikan pijakan untuk melompat menjadi lebih berguna itu hal positif. Merasa berguna dan berusaha konsisten agar selalu beguna bukanlah hal yang negative. Pandai-pandainya kita membuat kombinasi agar tuts yang kita torehkan tak terasa sia-sia. Selalu ingatlah bahwa detik sekarang tak akan pernah terulang.
Jangan pernah merasa sama sekali tak berguna. Uang satu rupiah pun akan sangat dibutuhkan oleh raja Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan demi membentuk nominal satu juta rupiah. Tanpa satu rupiah, tak jadi juga satu juta rupiah itu. Yakin dan optimis bahwa dalam tiap aktivitas kita bisa dan layak untuk dijadikan kontribusi positif bagi diri sendiri atau orang lain.
Dan jangan pernah lupa, kita hidup di medan magnet, laksana bumi dengan dua kutubnya. Tak pernah ada magnet hanya dengan satu kutub. Berbicara melulu si positif, berefek terbuai, rajin bermimpi, lupa menggali lubang celah prestasi. Ingat kutub negative seperti koloni malas tetap akan bisa menelisik menggoda iman kita^^.
—dalam rangka memotivasi diri, semangat di balok akhir sekolah plat merah ku—-