6

[19] Hikmah dari Kacamataku


Di suatu pagi,

“Ndriiiii, coba ke sini sebentar Nak !”

“Indri lagi sibuk Bu,” jawabku sekenanya.

“Kesini sebentar, sibuk apa ?? ”

“Ada apa si Bu?”, sambil memasang muka sok sibuk, membenahi kacamata fantasi-ku dan kemudian menghampiri ibuk. Aku memang tak punya riwayat miopi, apalagi hipermiopi, atau kelainan mata lainnya. Tetapi, aku memang sering mengenakan kacamata ketika nonton TV, jalan keluar, dll. Kata Ibuk, biar gak kena radiasi dan terlindung dari debu.

“Tolong ke pasar sebentar ya, beliin ibu beras. Ternyata berasnya habis, Ibu lupa belum beli kemarin”

“Indri lagi sibuk Bu, filmnya lagi baguus, lagian Indri kan gak bisa pilih beras yang bagus”

“Ibu, lagi repot Nak, adekmu ni dari tadi rewel terus. Beliin dulu ya, pilih aja beras yang putih. Indri cantik dech^^”

“Ya deeh, daripada menjadi hari yang berujung tanpa sarapan”

Jam rumahku menunjukkan pukul 7.00 am. Aku ke pasar dengan sepeda mini warna biru kesayanganku. Walaupun dalam hatiku masih ada rasa geje, mengeluh, kenapa Ibu nyuruh beli beras,,huuuftttt. Kacamata-ku pun, masih asyik nongkrong di mataku.

Sesampainya di pasar, ku menghampiri warung mbok Marni langganan Ibuk.

“Mau beli apa dek Indri?”

“Beras, Bu”

“Silakan dipilih. Stok baru semua. Bagus-bagus, pulen, bersih.”

Setelah ku lihat barisan beras yang menggunung di beberapa bak, ku lihat dengan seksama isi di masing2 bak. Dari bak yang tertempel harga 5.500 perliter, sampai beras super dengan harga 8000 per liter, tak ada yang berhasil menggait hatiku. Rupa2nya ku belum menemukan beras yang bersih dan putih.

“Gak jadi beli Bu”

“Lhoooh, kenapa?”

“Gak papa Bu”. Sambil menggerutu dalam hati, mana jadi beli berasnya kotor semua.

Aku pindah ke warung Pak Karyo, tapi tak ada juga beras yang bersih. Toko Pak Paijo, Nyai Ayuk, Pak Somad, semuanya nihil. Gak ada beras yang bersih di pasar ini. Ku terlihat letih dan capek*bukan terlihat capek, memang capek kaaaliii. Kalau boleh dipotret “gadis sembilan tahun berjilbab biru, melongo-longo di tengah ramainya pasar, hanya demi menemukan beras bersih”, mengenaskan pikirku. Saat melirik mentari, rasa2nya sang mentari seolah menjawab “hari sudah mulai siang, Indri belum sarapan”.

“Huuuuuft, ya sudahlah pulang saja”.

Sesampainya di rumah…

“Kok lama sekali Nak? Mana berasnya”

“Gak ada beras bersih di pasar, Bu. Semuanya kotor, ada warna kecoklatan, ada bintik2 hitamnya juga. Indri gak mau beli. Capek Bu, uda keliling satu pasar. Sebel, sebel.”

“MasyaAllah, masa si satu pasar gak ada beras yang bersih”

“Kalau Ibu gak percaya?? Pergi aja sendiri”

“Iya, iya. Sini anak manis”. Sambil membelaiku, tangan ibu, mengambil kacamata yang kukenakan.

“Kenapa kacamata Indri dilepas, Bu”

“Coba, liat ini”

Ibu menunjukkan kotoran yang menempel di kacamata-ku. Beberapa bintik hitam, dan kecoklatan. Pantas saja, selama berputar2 di pasar, ku tak temui beras yang bersih. Karena kacamata-ku kotor. Jadi kesalahan bukan ada di beras2 itu, tapi ada di kacamata-ku. Ohhh tidaaaakk.

Itulah kawan, secuil kisah yang mungkin bisa menjadi koreksi bagi kita semua. Segala sesuatu di sekitar kita akan terlihat dari kacamata kita.  So, milikilah kacamata yang bersih, agar kita bisa menyikapi segala sesuatu di sekitar kita dengan positif. Jangan cepat berprasangka buruk kepada orang lain, karena belum tentu mereka seburuk seperti apa yang kita pikirkan.

Jangan pula memiliki kacamata yang terlalu banyak hiasan. Maksudnya kacamata yang diberi frame dan pelapis indah, agar bisa selalu indah dalam memandang sesuatu padahal ia nyata buruk bagi kita.

Intinya bersih. Bersih. Dan bersih. Objektif kala melihat sesuatu, tidak mengada2 untuk membenarkan hal yang salah. Dan tentunya, rajin2 membersihkan kacamata kita dari debu dan kotoran2. Jangan sampai sesuatu yang indah nyatanya, terlihat buruk dalam kacamata fatamorgana kita.

Kacamata yang bersih, hasil dari ketekunan karena rajin membersihkan.

Bersih, karena dikenakan oleh pancaran mata yang penuh ketulusan. Karena ketulusan mata itu akan bereaksi dengan baik, manakala bersinergi dengan kacamata yang bersih. Karena hanya dengan hati bersih, kita bisa melahirkan ketulusan itu.^^

—diary mahasiswi yang kehilangan kacamata minus kesayangannya—-